Kamis, 18 Maret 2010

Sekilas Perbedaan antara Misa Tridentina dengan Misa saat ini (Misa Paulus VI)



Sekilas Perbedaan


Berikut ini sekilas adalah perbedaan mendasar antara Tridentina, dipromulgasikan pada 1570 oleh St. Pius V;
dan Missale Romanum yang dipromulgasikan pada tahun 1969 (oleh Bapa Suci Paulus VI) sebagai tanggapan terhadap reformasi Konsili Vatikan II:


Bahasa:

Meskipun Latin adalah bahasa asli dari kedua teks liturgi;
misa baru mengijinkan pemakaian bahasa lokal karena membutuhkan partisipasi aktif sepenuhnya (i.e verbal dan sikap tubuh), maka biasanya menggunakan bahasa umat lokal.

Pada misa Tridentina, bahasa lokal dipakai pada bacaan, dan homili, selebihnya latin.
Partisipasi aktif umat dalam misa ini adalah menyimak doa imam (yang kebanyakan ditanggapi oleh pelayan -misdinar atau diakon), dan sikap tubuh.


Bacaan:

Terkecuali bacaan pada hari raya orang-orang kudus, Misa Tridentina memiliki siklus bacaan Kitab Suci selama satu tahun
(i.e: bila Anda mengikuti misa tanpa putus selama 1 tahun, maka sama dengan selesai membaca Kitab Suci). > kesalahan pada tambahan catatan penulis, sumber klik ini

Misa Vatikan II memiliki siklus tiga tahun untuk bacaan hari Minggu, dan siklus dua tahun siklus untuk bacaan harian.


Pengakuan dosa

Tata cara pengakuan (penitential rite) "doa di kaki altar," dibacakan oleh imam dan pelayannya sebelum Misa pada misa Tridentina, diganti oleh Doa Tobat di dalam misa, dibacakan oleh seluruh Imam dan seluruh umat pada Misa Vatikan II.


Penamaan Bagian Misa

Tridentina: paruh pertama liturgi disebut misa katekumen dan hampir selalu memasukkan bacaan Epistola dari salah satu surat Perjanjian Baru dan bacaan Injil dari salah satu dari empat Injil.

Misa Paulus VI: paruh pertama adalah Liturgi Sabda, sesuai dengan tradisi gereja kuno, hampir selalu dimulai dengan satu bacaan dari Perjanjian Lama.

Paruh kedua: Liturgi Ekaristi (Misa Paulus VI) - sebelumnya disebut Misa Kaum Beriman (Mass of the Faithfull, Tridentine) - dimulai dengan persiapan persembahan.

Doa persembahan (offertory) yang pada misa lama direvisi dalam misa yang baru untuk menghindari umat mengira ada duplikasi doa syukur agung.
(Karena pada Misa Tridentina, Offertory dimulai dengan Dominus Vobiscum, dan panjang sekali. Sedangkan awal Kanon juga dimulai dengan Dominus Vobiscum, dan durasinya kira-kira sama)


Kanon

Misa Tridentina: Satu macam Kanon (i.e Doa Syukur Agung)

Misa Vatikan II: terdapat sembilan Doa Syukur Agung)- empat untuk hari Minggu dan hari kerja yang umum digunakan (DSA I s/d 4), dua untuk Misa berfokus pada rekonsiliasi (DSA V dan VI) dan tiga untuk Misa untuk anak-anak (DSA VII – IX).


Komuni

Dalam Misa baru, Ritual komuni disederhanakan, memungkinkan komuni untuk menerima Ekaristi dalam 2 rupa: roti dan anggur.


Injil Terakhir

Misa baru menghilangkan bacaan di akhir setiap Misa, yang dikenal dalam Misa Tridentina sebagai "Injil terakhir" (diambil dari bagian awal Injil St Yohanes).


Kiblat

Misa Tridentina: Imam merayakan misa menghadap ke arah liturgis timur, -tergantung tata letak bangunan gereja – yang berarti ia merayakannya menghadap arah yang sama dengan Umat.

Misa baru: sejak diundangkannya Missale Romanum, imam biasanya memimpin Ekaristi menghadap umat.

(catatanku: “menghadap umat” ini bahasa yang sangat vulgar.
Sebenarnya Imam pada misa baru tetap menghadap Tuhan, karena pada altar ada salib kecil yang corpusnya menghadap imam.
bdk PUMR 308 "di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib" )



Disadur bebas dengan tambahan penjelasan dari Catholic News Service


===================
update: 23 Maret 2010
Revisi (mengenai "ritus lama menamatkan KS dalam 1 tahun) :

Maaf, ini penafsiran saya pribadi (penulis, SHV).
Misa baru (Vatikan II), lebih banyak materi bacaan thd Kitab Suci
Mohon maaf atas kesalahan pemahaman saya ini.


Penjelasan yang lebih jelas bisa dibaca dari GK Holy Trinity:

First, the old rite generally has two readings, one from a New Testament epistle and the other from one of the Gospels, while the new rite generally adds a third reading from the Old Testament. Both usages can claim an equally ancient pedigree, though the new rite's occasional allowance of a non-Scriptural text to act as a third reading is unprecedented in the world of apostolic liturgy.

Second
, not unlike other historic apostolic rites, the old rite uses a one-year cycle of readings while the new rite uses a three-year cycle. The advantage of the latter is greater exposure to the Scriptures; the advantage of the former is that it serves as an annual "ruler" against which one can measure one's spiritual progress from year to year.

Third
, while the readings of the old rite are chosen primarily for their moral or doctrinal relevance to the liturgical calendar, they can also be chosen because of a nearby Saint's Day or Station Day.
The advantage of this development is that it pedagogically illuminates the time of year as well as connects Christian worship to the history of the Church. The new rite, on the hand, keeps its primary emphasis on making sure that a good deal of the Bible gets covered in the three-year cycle, often irrespective of what point in the calendar it is marking. Unifying themes are less important and organic connections to Christian history or hagiolatry virtually non-existent.
Read more ...

COLLECTA: Doa pertama dalam Misa Kudus

Setelah Gloria selesai, Imam mencium Altar dan, berbalik kepada rakyat, berkata:
Dominus Vobiscum.

Sebelumnya, dia telah menyapa para pelayannya (dan umat) dengan sapaan ini, tetapi dia saat itu berada di kaki Altar; itu adalah semacam perpisahan, sebab,
ketika di kaki Altar tersebut, ia sesaat lagi hendak masuk ke dalam Awan.
Ia tampak enggan untuk meninggalkan umat, sampai dia telah mengucapkan Dominus Vobiscum, mengungkapkan cinta kasihnya kepada mereka yang telah berdoa bersama dengannya.

Tapi, sekarang pada saat Kolekta, Gereja memiliki maksud berbeda dengan menggunakan dua kata ini (Dominus Vobiscum) yakni supaya umat memperhatikan sesaat lagi momen berharga ini, yang akan dipersembahkan Imam kepada Allah.

Kolekta ini berisi permohonan umat.
Berasal dari bahasa Latin colligere, yang berarti mengumpulkan hal-hal yang sebelumnya ada tetapi terpisah-pisah.

Kolekta ini sangat penting. Oleh karena itu, Bunda Gereja mendesak kita untuk mendengarkan dengan rasa hormat dan penuh pengabdian.
Menurut penggunaan monastik, paduan suara membungkuk mendalam saat Imam mendoakan kolekta ini.

Ketika Kolekta selesai, Koor menjawab Amin,


Doa pertama dalam misa ini juga ada pada Vesper, Lauda, dan Matin (pada ritus Monastik); pada Brevir Romawin, hanya mendoakannya pada Matin Natal, sebelum misa tengah malam.
Semua ini menunjukkan kepada kita bagaimana pentingnya Kolekta bagi Gereja; yang mencirikan liturgi pada hari ini, dan mengapa doa ini diawali oleh oleh: Dominus Vobiscum, yang seolah-olah Imam berkata kepada orang-orang:
Perhatian…. apa yang sekarang akan aku katakan, adalah yang sangat penting.

Selain itu, Imam, ketika di sini mengatakan Dominus Vobiscum, menoleh ke arah umat, hal yang tidak ia lakukan ketika ia mengucapkan kata tersebut saat berada di kaki Altar.

Tapi karena sekarang naik ke sana, dan setelah menerima pengampunan dari Tuhan, ia mengumumkan kepada umat dengan membuka tangannya, ia berkata:
Dominus Vobiscum.
Umat menjawab: Et cum Spiritu tuo.

Kemudian Imam, merasakan bahwa umat telah bersatu dengannya, berkata:
Oremus; Mari kita berdoa.
(apabila misa dipersembahkan oleh Uskup atau sederajat: Pax Vobis)
 
(Pax Vobis yang diucapkan di sini apabila Misa dirayakan oleh Wali Gereja, adalah bentuk yang sangat kuno. Itu salam dalam adat orang Yahudi kuno. )

Imam harus merentangkan kedua lengannya, saat mendoakan Kolekta.
Saat ini, ia sedang meneladan cara berdoa kuno, yang digunakan oleh umat Kristen perdana.
Seperti Tuhan kita telah direntangkan lengan-Nya di kayu salib, dan berdoa bagi kita, demikianlah Imam berdoa bagi umatnya.
 
Penggunaan kuno ini telah disampaikan kepada kita, dalam lukisan
di Katakombe, yang menggambarkan doa yang dicerminkan dalam sikap: maka, nama Orantes, diberikan kepada sikap tubuh tersebut.
 
Di Timur, praktek berdoa dengan tangan terentang bersifat universal; di negara-negara Barat, itu telah menjadi sangat langka, dan hanya digunakan pada kesempatan khusus.

Hanya Imam yang berdoa dalam sikap tubuh  demikian, karena ia mewakili Tuhan kita, yang menawarkan doa yang tak terhingga nilainya saat Dia tergantung di kayu salib;
Dia mempersembahkannya kepada Bapa-Nya Kekal.




Contoh Kolekta:
16 Maret 2010 Missa "Exáudi, Deus"

Dominus vobiscum.
R. Et cum spiritu tuo.

Oremus.

Sacræ nobis, quæsumus, Dómine, observatiónis jejúnia: et piæ conversatiónis augméntum, et tuae propitiatiónis contínuum præstent auxílium.
Per Dominum Jesum Christum, Filium Tuum, Qui Tecum vivit et regnat in unitate Spiritus Sancti, Deus,

Per omnia saecula saeculorum.

R. Amen.





sumber:
Explanation of the Prayers and Ceremonies of  Holy Mass  by
Dom Prosper Guéranger - Abbot of Solesmes
Benedictine Congregation St. Mary’s Abbey, Stanbrook June 14. 1885

Contoh Collecta dari:
Missale 1962
Read more ...