Minggu, 27 Juni 2010

Persiapan Revisi Teks Misa 1962 (Latin-Indo)

Yth rekan-rekan,

Sesuai permintaan mas Rudy, berikut hasil sementara revisi teks misa untuk tata liturgi Ekstra Ordinaria.
(sementara ini terjemahan masih macet pada Misa Umat Beriman).


Revisi dilakukan pada:
- Terjemahan bahasa Indonesia
- Tambahan tanda baca pada teks latin, mengikuti Missale 1962
- Perubahan lay out halaman (tambahan garis pembatas teks misa Latin dan teks Indo)
- Penambahan drop cap (huruf pertama paragraf diperbesar, biar ada gaya klasik sedikit)


Usulan dan macam-macam kritik, silahkan tulis di bawah, atau email saya di missa1962@gmail.com


PS:
- Mohon maklum, terjemahan Ritus Servandus masih macet di bab 9. Too many work, so many worker :D


(klik pada gambar untuk melihatnya full size):
Read more ...

Minggu, 20 Juni 2010

Misa Tridentina Jakarta Barat, 10 Juli

10 Juli 2010
Peringatan Martir St. Rufina dan Secunda

Warna Liturgi: Merah

Rufina dan adiknya Secunda adalah anak-anak dari seorang Senator Romawi. Mereka dibunuh secara kejam kira-kira pada tahun 257, selama masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh kaisar Valerianus (253-260).

Menurut tradisi, Rufina dan Secunda bertunangan dengan dua orang pemuda beragama Kristen.
Rufina bertunangan dengan Armentarius dan Secunda dengan Verinus. Selama masa penganiayaan, kedua lelaki Kristen itu dengan semangat menyebarkan agama Kristen.
Rufina dan Secunda sebaliknya enggan melakukan hal itu.

Kedua bersaudara itu pergi ke Roma dan di sana mereka ditangkap dan dipenjarakan.
Tak satu siksaan pun mampu mematahkan ketetapan hati dan keteguhan iman mereka.
Karena itu akhimya mereka dibunuh. Jenazah mereka dimakamkan di basilika Santo Yohanes Lateran, Gereja Katedral kota Roma.

Sumber: Buku ‘Orang Kudus Sepanjang Tahun’ yang disusun oleh Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM. Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta, Tahun 2008 (seperti yang dikutip oleh Katedral Purwokerto)

===============

Lokasi Misa: 
INTI College,
Jalan Arjuna Utara No. 35 Kel. Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
(turun pintu tol Kebon Jeruk) (klik untuk melihat peta)



 Ordinarium:

 Proper Misa:

Undangan:
Read more ...

Rabu, 09 Juni 2010

HR. Hati Yesus yang Maha Kudus: Jumat setelah Oktaf Tubuh dan Darah

Jumat, 11 Juni 2010
Hari Raya Kati Yesus yang Maha Kudus - Pesta kelas 1 (Perayaan wajib)

Warna liturgi: Putih

Proper missa (dari Virgo Mater Die, klik ini)



(sumber ilustrasi: lupa, diberi teman)



Sejarah

Devosi kepada Hati Kudus Yesus berasal kira-kira dari abad ke-11, yang hingga abad 16 masih merupakan devosi pribadi.

Pesta pertama Hati Kudus dirayakan pada tanggal 31 Agustus 1670, di Rennes, Prancis, melalui upaya P. Jean Eudes (1602-1680).
Dari Rennes, devosi ini menyebar ke mana-mana.
Tapi baru hingga penglihatan yang dialami oleh St Margaret Maria Alacoque (1647-1690) devosi ini menjadi universal ke seluruh Gereja.

Penampakan "besar" yang berlangsung pada tanggal 16 Juni 1675, selama oktaf dari Hari Raya Corpus Christi, menjadi dasar dari Pesta Hati Kudus yang kita peringati hingga hari ini.
Dalam visi itu, Kristus memerintahkan St Margaret Maria Alacoque untuk melaksanakan Pesta Hati Kudus yang dirayakan pada hari Jumat setelah oktaf (hari kedelapan) dari Hari Raya Corpus Christi (HR. Tubuh dan Darah), sebagai ungkapan terima kasih manusia bagi Kurban yang telah dipersembahkan Kristus untuk manusia.
Hati Kudus tidak hanya merupakan Hati-Nya secara fisik, tetapi juga kasih-Nya bagi seluruh umat manusia.

Devosi kepada Hati Kudus makin populer setelah kematian St Margaret Maria Alacoque pada tahun 1690.
Gereja pada awalnya meragukan keabsahan visi St Margaret Maria Alacoque, hingga tahun 1765 pesta itu dirayakan secara resmi di Perancis.

Hampir 100 tahun kemudian, tahun 1856, Paus Pius IX, atas permintaan para uskup Perancis, memperluas pesta tersebut ke Gereja universal.

Umat beriman, umumnya bersiap merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dengan novena yang dimulai sejak Hari Raya Tubuh dan Darah.


Referensi:
St. Margareta Maria Alacoque (bhs Indo, dari Yesaya)
Devosi kepada Hati Kudus (newadvent)

Sacred Heart (wikipedia)


Ensiklik:




 (Ilustrasi: dari St. Joseph Daily Missal)

    Read more ...

    Selasa, 08 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 8 dari 14 -terjemahan

    bab 8


    VIII. Kanon Misa sampai Konsekrasi


    1. Ketika Prefasi selesai, seperti di atas, Imam berdiri di depan Altar di sisi tengah,
    menghadapnya, merentangkan dan mengangkat tangannya, dengan matanya terangkat kepada Allah, dan kemudian menatap turun lagi dgn tulus ikhlas tanpa penundaan;
    dan dengan tangannya diletakkan di atas Altar, membungkuk mendalam;
    ia mulai Kanon, mengatakan diam-diam:
    Te igitur, clementissime Pater, per Jesum Christum Filium tuum Dominum nostrum, supplices rogamus, ac petimus,
    Ia mencium Altar di tengah, kemudian berdiri tegak dengan kedua tangan bergabung di depan dadanya, berkata:
    ut accepta habeas, et benedicas
    dan membuat tanda salib tiga kali di atas Piala dan Hosti bersama-sama.
    haec + dona, haec + munera, haec + sancta sacrificia illibata,
    dan dengan tangannya direntangkan di depan dadanya, ia melanjutkan:
    in primis quae tibi offerimus pro Ecclesia tua sancta catholica; quam pacificare, custodire,
    adunare, et regere digneris toto orbe terrarum: una cum famulo tuo Papa nostro N., et Antistite nostro N.

    2. Ketika ia mengatakan "una cum famulo tuo Papa nostro N.,"  dia menyebutkan nama Paus.
    Jika Tahta sedang kosong, ia menghilangkan kata-kata ini.
    Ketika ia mengatakan "et Antistite nostro N.," ia mengucapkan nama Patriark, Uskup Agung, atau Uskup di Keuskupan masing-masing, dan bukan nama Superior lain, bahkan jika Selebran sepenuhnya dibebaskan, atau di bawah yurisdiksi Uskup lain.
    Jika, Uskup tempat itu, dimana Misa sedang dirayakan, meninggal, maka kata-kata ini dihilangkan, dan juga dihilangkan oleh Imam yang sedang merayakan di Roma.

    Jika Selebran adalah seorang Uskup, Uskup Agung, atau Patriark, kata-kata tersebut dihilangkan, dan menggantinya dengan berkata: et me indigno servo tuo.
    Ketika Bapa Suci yang merayakan, kata berikut dihilangkan:
    "una cum famulo tuo Papa nostro N. et Antistite nostro N.," diganti:
    una cum me indigno famulo tuo, quem gregi tuo praeesse voluisti.

    Dan kemudian, semuanya lanjut sebagai berikut:
    et omnibus orthodoxis, atque catholicae, et apostolicae fidei cultoribus.

    Peringatan bagi Orang Hidup
    3. Ketika ia mengatakan "Memento, Domine," ia menggabungkan dan mengangkat kedua tangannya hingga wajah atau dada, dan dengan tangan terkatup, berdiri diam untuk sementara waktu, dengan kepala agak condong ke depan, mengingat mereka yang hidup yang setia kepada Kristus, yang nama-namanya bisa ia sebutkan dalam hati bila berkenan.

    Adalah tidak perlu untuk mengucapkan nama mereka, hanya mengucap dalam hati. Jika Selebran ingin berdoa bagi banyak orang, andai umat yang hadir memintanya; ia sebelum Misa mengatakan kepada mereka semua yang hidup dan mati untuk siapa dia berniat untuk berdoa selama Misa, dan mungkin menyebutkan secara umum pada dalam hal ini pada bagian Orang Hidup:
    Memento, Domine, famulorum, famularumque tuarum N. et N. :


    4. Peringatan bagi Orang Hidup selesai, ia melanjutkan dengan tangan terentang dan tergantung ke bawah:
    et omnium circumstantium, quorum tibi fides cognita est, et nota devotio, pro quibus tibi
    offerimus vel qui tibi offerunt hoc sacrificium laudis pro se, suisque omnibus, pro redemptione animarum suarum, pro spe salutis, et incolumitatis suae; tibique reddunt vota sua aeterno Deo, vivo et vero.

    Communicantes Berdiri dengan cara yang sama, dia mengatakan Communicantes.
    Ketika ia mengatakan "Jesu Christe," ia menundukkan kepalanya ke arah kayu Salib.
    Pada akhirnya, ketika ia mengatakan "Per eumdem," ia mengatupkan kedua tangannya:
    Communicantes, et memoriam venerantes in primis gloriosae semper Virginis Mariae,
    Genitricis Dei et Domini nostri Jesu Christi: 
    sed et beati Joseph ejusdem Virginis Sponsi, et beatorum Apostolorum ac Martyrum tuorum, Petri et Pauli, Andreae, Jacobi, Joannis, Thomae, Jacobi, Philippi, Bartholomaei, Matthaei, Simonis, et Thaddaei: Lini, Cleti, Clementis, Xysti, Cornelii, Cypriani, Laurentii, Chrysogoni, Joannis et Pauli, Cosmae et Damiani, et omnium
    Sanctorum tuorum; quorum meritis precibusque concedas, ut in omnibus protectionis tuae muniamur auxilio. 
    Per eundem Christum Dominum nostrum. Amen.
    Bentuk Communicantes lain yang tepat dapat ditemukan di Missal:
    untuk Natal, Epifani, Paskah, Kenaikan, dan Pentakosta.

    Ketika ia mengatakan "Hanc igitur," dia meletakkan kedua tangannya di atas persembahan kepada Tuhan, sehingga telapak tangannya telanjang
    berada di atas dan menghadap ke Piala dan Hosti, dan tetap seperti ini hingga kata-kata "Per Christum Dominum nostrum," di mana ia menggabungkan kedua tangannya: (Ada bentuk lain dari Hanc Igitur untuk Paskah dan Pentakosta)
    Hanc igitur oblationem servitutis nostrae, sed et cunctae familiae tuae quaesumus, Domine, ut placatus accipias, diesque nostros in tua pace disponas, atque ab aeterna damnatione nos eripi, et in electorum tuorum jubeas grege numerari. 
    Per Christum Dominum nostrum. Amen.

    Dengan tangan terkatup, ia melanjutkan:
    Quam oblationem tu, Deus, in omnibus quaesumus,
    Dia membuat tanda salib tiga kali atas Piala dan Hosti bersama-sama:
    Bene + dictam, adscrip + tam, ra + tam, rationabilem, acceptabilemque facere digneris:
    Dia membuat tanda salib di atas Hosti:
    ut nobis Cor + pus, 
    dan atas Piala:
    et San + guis fiat dilectissimi Filii tui 

    lalu mengangkat kemudian mengatupkan lagi tangannya:
    Domini nostri Jesu Christi,
    dan mencondongkan kepalanya ke kayu Salib, membersihkan ibu jari dan jari telunjuk, jika perlu, pada
    Korporal, malanjutkan dengan lirih:
    Qui pridie quam pateretur,

    Dia mengambil Hosti dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya, dan memegangnya bersama dengan
    jari telunjuk dan ibu jari tangan kirinya, berdiri tegak di depan tengah Altar, mengatakan:
    accepit panem in sanctas ac venerabiles manus suas,
    dan mengangkat tatapannya ke surga dan segera menatap turun lagi, ia mengatakan:
    et elevatis oculis in coelum ad te Deum Patrem suum omnipotentem

    Dia agak menundukkan kepalanya, mengucap:
    tibi gratias agens,
    dan sambil memegang Hosti dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kirinya, dia membuat tanda
    salib di atasnya dengan tangan kanannya, sambil berkata:
    Bene + dixit, fregit, deditque discipulis suis, dicens: Accipite,et manducate ex hoc omnes:

    5. Jika ada wadah dengan Hosti lain untuk dikonsekrasi, ia membuka Piala, atau wadah lain berisi Hosti tersebut dengan tangan kanannya.
    Ketika ia menyelesaikan kata-kata yang disebutkan di atas, dengan siku diletakkan atas Altar, berdiri dengan kepala miring, ia menyatakan dengan jelas, hormat, dan lirih kata-kata konsekrasi atas Hosti tersebut, dan pada saat bersamaan, jika adalah lebih banyak lagi Hosti yang harus dikonsekrasi.

    dan memegang Hostinya sendiri dengan ibu jari dan jari telunjuk, ia berkata:
    HOC EST ENIM CORPUS MEUM. 

    Ketika ini telah diucapkan, Selebran, memegang Hosti antara ibu jari dan jari telunjuk dengan jari-jari lainnya lurus dan telapaknya terkatup; berlutut, memujanya.

    Kemudian ia bangkit, dan semampunya, mengangkat Hosti ke udara, mengarahkan matanya ke Hosti (yang juga dilakukan saat elevasi Piala), menunjukkan-Nya dengan hormat kepada umat, untuk pemujaan umat beriman.

    Dan tak lama kemudian ia meletakkan-Nya dengan hormat di atas Korporal dengan tangan kanan saja, pada posisi sebelumnya dengan cepat.

    Dia tidak memisahkan kedua ibu jarinya dan jari telunjuk hingga Ablution (pembasuhan) sesudah Komuni, kecuali ketika ia harus menyentuh atau memegang Hosti yang telah dikonsekrasi.


    6. Ketika Hosti yang telah dikonsekrasi telah diletakkan kembali di atas Korporal, ia berlutut dan memuliakan-Nya.
    Jika ada wadah berisi Hosti lain, ia menutupinya dengan Patena atau Pall, seperti di atas.
    Pelayan memperingatkan umat beriman sesaat sebelum Konsekrasi dengan sebuah lonceng kecil.

    Kemudian, ketika Selebran mengangkat Hosti, pelayan mengangkat dengan tangan kiri pinggir luar dari Kasula, sehingga tidak menghambat Selebran dalam mengangkat lengannya, (yang juga dilakukan saat elevasi dari Piala), dan dengan tangan kanannya membunyikan lonceng kecil tiga kali pada setiap Elevasi, atau terus-menerus sampai Selebran meletakkan Hosti di atas Korporal.
    Pelayan melakukan hal yang sama sesaat lagi, pada elevasi Piala.


    7. Selebran, setelah memuja Sakramen, berdiri dan menyingkap Piala, di mana, jika
    perlu, ia menyeka jari, yang harus selalu ia lakukan jika beberapa Fragmen menempel pada jari-jarinya;
    sambil berdiri tegak, ia berkata:
    Simili modo postquam coenatum est
    dan mengambil Piala dengan kedua tangan dekat tangkai Piala, dan mengangkatnya,
    dan kemudian segera meletakkannya, ia berkata:
    accipiens et hunc praeclarum Calicem in sanctas ac venerabiles manus suas:
    ia mencondongkan kepalanya:
    item tibi gratias agens,
    dan memegang tangkai Piala dengan tangan kiri,
    membuat tanda salib di atasnya dengan tangan kanan:
    bene + dixit, deditque discipulis suis, dicens: Accipite, et bibite ex eo omnes:

    dan memegang Piala dengan kedua tangan, yaitu tangan kiri memegang bagian bawahnya, dan tangan kanan memegang tangkai Piala, dengan siku diletakkan di atas Altar dan kepalanya condong, ia mengucapkan dengan jelas, tidak terputus dan lirih, seperti di atas; kata konsekrasi Darah:
    HIC EST ENIM CALIX SANGUINIS MEI, NOVI ET AETERNI TESTAMENTI:MYSTERIUM FIDEI: QUI PRO VOBIS ET PRO MULTIS EFFUNDETUR IN REMISSIONEM PECCATORUM.

    Setelah mengucap ini, ia meletakkan Piala di atas Korporal, mengucap lirih:
    Haec quotiescumque feceritis, in mei memoriam facietis. 

    Kemudian berlutut, ia memuja Darah dengan hormat.
    Ketika ia bangkit berdiri, mengambil Piala berisi Darah dengan kedua tangan, seperti sebelumnya, ia mengangkat-Nya, dan ditinggikan semampunya, menunjukkan kepada umat untuk pemujaan mereka.
    Lalu segera meletakkan-Nya dengan penuh hormat di atas Korporal seperti sebelumnya, menutupinya dengan Pall dengan tangan kanannya, dan berlutut, memuliakan Sakramen.


    8. Dalam Misa meriah (solemn mass), pada akhir Prefasi, setidaknya dua lilin dinyalakan oleh para pelayan, yang kemudian dipadamkan setelah elevasi Piala, kecuali bila ada pembagian Komuni, maka dalam hal ini mereka adalah dipadamkan setelah Komuni.
    Pada hari puasa dan dalam misa untuk orang mati, mereka dibiarkan menyala hingga ke Komuni.

    Ketika Selebran mengucap kata: Quam oblationem,dst Diakon pergi ke sebelah kanannya dan berlutut di sana pada undak paling atas, sementara Sakramen diangkat, mengangkat pinggiran Kasula, dan bila waktu yang tepat, bangkit untuk membuka dan menutup Piala.
    Dia melakukan genuflek bersama Selebran.

    Sub-diakon melakukan genuflek di tempatnya.

    Pembawa wiruk, berlutut di sisi Epistola, tiga kali mendupai Hosti ketika sedang terangkat, dan juga Piala, setelah memasukkan dupa wiruk Thurible tanpa berkat sebelumnya, yang dilakukan bahkan di Sung Mass saat pendupaan sudah selesai.

    Ketika Piala telah diletakkan, Diakon pergi ke Missal, kecuali ada orang lain yang membantu.
    Pelayan yang lainnya lain bangkit dan berdiri di tempat mereka.
    Read more ...

    Senin, 07 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 7 dari 14 -terjemahan

    bab 7


    VII. Persembahan dan bagian lain s/d Kanon


    1. Ketika Credo telah dibaca, atau jika tidak ditentukan, setelah Injil atau homili, Selebran mencium bagian Altar, dan dengan tangan terkatup di depan dadanya, ia memutar badan menghadap umat, dimulai dari sisi kirinya (seperti dijelaskan di atas), lalu merentangkan dan mengatupkan tangannya, sambil berkata:
    Dominus vobiscum.
    Pelayan menjawab: Et cum Spiritu tuo.
    Kemudian dia berpaling kembali dengan cara yang sama ke Altar (memutar badan ke kiri), dan merentangkan tangan lalu mengatupkannya lagi, ia berkata:
    Oremus.
    Dengan tangan terkatup seperti sebelumnya, ia mendoakan Offertory  dst hingga akhir Misa dengan menghadap Altar pada bagian tengah, kecuali ada ketentuan lain


    2. Setelah mendoakan Offertory, ia membuka selubung Piala dan menempatkannya sisi kanan.
    Dengan tangan kanan, ia mengambil Pall yang menutup Hosti, mengambil Patena yang berisi Hosti di atasnya, dan memegangnya tinggi selevel dada, dan mengarahkan pandangan matanya kepada Tuhan, lalu menunduk, sambil mengucapkan:
    Suscipe, sancte Pater, omnipotens aeterne Deus, hanc immaculatam hostiam, quam ego
    indignus famulus tuus offero tibi, Deo meo vivo et vero, pro innumerabilibus peccatis, et offensionibus, et negligentiis meis, et pro omnibus circumstantibus, sed et pro omnibus fidelibus Christianis vivis atque defunctis: ut mihi, et illis proficiat ad salutem in vitam aeternam. Amen.

    3. Jika ada banyak lagi Hosti selain yang ada pada Patena, misalnya pada Korporal, atau Piala, atau Siborium lain, yang juga akan di-konsekrasikan untuk Komuni umat; maka Piala dan Sibori tersebut dibukanya dengan tangan kanan;
    dan Selebran saat mengucapkan Suscipe, dst di atas, juga mengintensikan untuk mempersembahkan dan mengkonsekrasikan ini juga.

    Setelah mengatakan ini, memegang Patena di kedua tangannya, ia membuat tanda salib dengan Patena di atas Korporal, dan kemudian menempatkan Hosti di tengah Korporal, lalu Patena dibersihkan dengan Purifikator, dan diletakkan di sisi kanan dan ditutupi Purifikator

    Bila ada Piala atau Siborium lain berisi Hosti, maka juga ditutupi dengan Patena atau Pall lain.


    4. Lalu Imam mengambil Piala yang ada di sisi kanannya, membersihkan dengan Purifikator
    Lalu sambil memegang gagang Piala, ia mengambil cruet berisi anggur dari pelayan dan menuangnya ke dalam Piala.
    Pelayan sebelumnya mencium dahulu cruet ini.
    Lalu, sambil masih memegang Piala, Selebran membuat tanda salib di atas Cruet berisi air, sambil berkata:

    Deus, qui humanae substantiae dignitatem mirabiliter condidisti, et mirabilius reformasti:
    dan menuangkan sedikit air dalam Piala, sambil melanjutkan:
    da nobis per hujus aquae et vini mysterium, ejus divinitatis esse consortes, qui humanitatis nostrae fieri dignatus est particeps, Jesus Christus Filius tuus Dominus noster: Qui tecum vivit et regnat in unitate Spiritus Sancti Deus. per omnia saecula saeculorum. Amen.
    Jika ia merayakan Misa Arwah, tanda salib tidak dibuat di atas cruet air, tetapi hanya mengucapkan doa di atas saja.


    5. Ketika air telah dicurahkan ke dalam Piala dan doa tersebut telah selesai, Imam mengangkat Piala terbuka tersebut dengan tangan kanannya.

    Berdiri di sisi depan pada bagian tengah Altar, memegangnya dengan kedua tangan terangkat tinggi, tangan kiri menahan bawah Piala, dan tangan kanan memegang tangkai piala;
    Matanya tertuju kepada Allah, ia persembahkan itu, dengan mengatakan:
    Offerimus tibi, Domine, calicem salutaris tuam deprecantes clementiam: ut in conspectu divinae majestatis tuae, pro nostra et totius mundi salute cum odore suavitatis ascendat. Amen.
    Setelah mengucapkan doa ini, ia membuat tanda salib dengan Piala di atas Korporal, dan kemudian meletakkan Piala di atasnya, di belakang Hosti, lalu menutupinya dengan Pall
    Kemudian, dengan tangan terkatup dan diletakkan pada Altar, dia membungkuk dan berkata pelan:
    In spiritu humilitatis, et in animo contrito suscipiamur a te, Domine, et sic fiat sacrificium nostrum in conspectu tuo hodie, ut placeat tibi, Domine Deus.

    Kemudian, berdiri tegak, ia mengangkat matanya, merentangkan dan meninggikan tangannya, dan dengan cepat mengatupkannya kembali di depan dada (yang harus selalu dilakukan bila memberkati sesuatu), dia mengucapkan:
    Veni, Sanctificator omnipotens aeterne Deus, et benedic  +  hoc sacrificum tuo sancto nomini praeparatum.
    (Ketika ia berkata et benedic, ia membuat tanda salib di atas Hosti dan Piala bersamaan, sementara tangan kirinya diletakkan di atas Altar).
     

    6. Dengan tangannya terkatup di depan dadanya, ia pergi ke sisi Epistola, berdiri di sana, mencuci tangan saat pelayan menuangkan air, pada ujung jari telunjuk dan ibu jari; sambil mengucapkan Mazmur:
    Lavabo inter innocentes manus meas, et circumdabo altare tuum, Domine. 
    Ut audiam vocem laudis, et enarrem universa mirabila tua. Domine, dilexi decorem domus tuae: et locum
    habitationis gloriae tuae. 
    Ne perdas cum impiis, Deus animam meam: et cum viris sanguinum vitam meam: in quorum manibus iniquitates sunt: dextera eorum repleta est muneribus. 
    Ego autem in innocentia mea ingressus sum: redime me, et miserere mei. Pes meus stetit in directo:
    in ecclesiis benedicam te, Domine. 
    Gloria Patri, et Filio, et Spiritui Sancto. Sicut erat in principio, et nunc, et semper: et in saecula
    saeculorum. Amen.
    Gloria Patri dihilangkan pada Misa Arwah, dan saat Misa selama waktu dari Minggu sengsara sampai Kamis Suci.


     7. Selebran, setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, dan mengatupkan kembali di depan dada, dan kembali ke tengah Altar.
    Berdiri, ia arahkan pandangan kepada Tuhan, dan segera menunduk, berdoa pribadi dengan membungkuk:
    Suscipe sancta Trinitas, hanc oblationem, quam tibi offerimus ob memoriam passionis,
    resurrectionis, et ascensionis Jesu Christi Domini nostri: 
    et in honorem beatae Mariae semper Virginis, et beati Joannis Baptistae, et sanctorum Apostolorum Petri et Pauli, et istorum, et omnium Sanctorum: ut illis proficiat ad honorem, nobis autem ad salutem: 
    et illi pro nobis intercedere dignentur in coelis, quorum memoriam agimus in terris. 
    Per eumdem Christum Dominum nostrum. Amen.
    Setelah selesai, ia mencium tengah Altar dengan tangannya terentang dan menempel di atasnya

    Lalu, dengan tangan terkatup di dada, dan pandangan matanya terarah ke bawah, ia berbalik ke arah umat dengan memutar badan ke kiri, merentangkan tangan dan mengatupkannya sambil berkata nyaring:
    Orate, fratres:
    lalu dengan hening ia lanjutkan sambil memutar badan kembali menghadap Altar:
    ut meum ac vestrum sacrificium acceptabile fiat apud Deum Patrem omnipotentem.
    Pelayan, atau orang-orang di sekitarnya menjawab:
    (Jika sendirian, dia menjawab dengan Meis).
    Suscipiat Dominus sacrificium de manibus tuis (atau meis) ad laudem et gloriam nominis sui, ad utilitatem quoque nostram, totiusque Ecclesiae suae sanctae.
    Selebran membalas dengan suara lirih:
    Amen.
    Dan dengan tangan terentang di depan dada, seperti pada Oratio, ia berdiri di tengah Altar, menghadap Missal, ia mendoakan Secret Oratio, dengan awalan Oremus atau lainnya.
    Saat ia mengucapkan Per Dominum, katupkan tangannya.
    Ketika berkata Jesum Christum, ia menundukkan kepalanya, yang ia lakukan dalam Oratio pertama, dan pada yang terakhir, jika ada lebih dari 1 Oratio.


    8. Ketika sudah tiba pada akhir Secreta, sampai pada kata-kata Per omnia saecula saeculorum, Imam, berdiri di tengah-tengah Altar, dengan tangan di terentang, mengucapkan Prefatio dengan suara lantang.
    Ketika kata Sursum corda, ia mengangkat kedua tangannya hingga dada.
    Ketika mengucapkan Gratias agamus Domino, ia katupkan tangannya;
    dan ketika ia mengatakan Deo nostro, ia mengangkat pandangannya lalu menundukkan kepalanya ke arah Salib.

    Ketika tanggapan Dignum est et justum sudah selesai, dengan tangan ditinggikan dan terentang, ia melanjutkan Prefatio:
    V. Per omnia saecula saeculorum.
    R. Amen.
    V. Dominus vobiscum.
    R. Et cum spiritu tuo.
    V. Sursum corda.
    R. Habemus ad Dominum.
    V. Gratias agamus Domino Deo nostro.
    R. Dignum et justum est.

    Ketika ia mengatakan Sanctus, tangannya terkatup di depan  dadanya, ia melanjutkan dengan tubuh condong ke depan dan suara biasa, sementara pelayan membunyikan bel.
    Ketika ia berkata Benedictus qui venit di nomine Domini, dst, ia berdiri tegak, dan membuat tanda salib dari dahi ke dada
    Sanctus, Sanctus, Sanctus Dominus Deus Sabaoth. 
    Pleni sunt caeli, et terra gloria tua.
    + Hosanna in excelsis. 
    Benedictus qui venit in nomine Domini. 
    Hosanna in excelsis.

    9. Pada Misa Meriah (solemn), setelah Oremus diucapkan, Diakon dan Sub-Diakon naik Altar di sisi Epistola, dan Diakon mengambil Piala, bila ada di Altar; atau bila Piala berada di Credensa, yang menyerahkan padanya adalah Sub-Diakon.

    Sub Diakon memegang Piala yang di atasnya ada Patena dan Hosti, dengan tangan kiri, dan tangan kanan pada Kerudung Piala (Chalice Veil) kecuali bila sebelumnya tadi sudah dilepas dan ditinggal di Credensa; Piala tadi dibawa kepada Diakon dengan ditutupi Humeral Veil yang dikenakannya pada leher
    Dia didampingi seorang Akolit yang membawa cruet air dan anggur.

    Diakon lalu membuka Kerudung, dan memberikan Patena dan Hosti kepada Selebran, dan mencium tangannya.
    Sub-Diakon mengelap Piala dengan Purifikator.
    Diakon, menerima cruet anggur dari Sub-Diakon, menuangnya ke dalam Piala.
    Sementara itu, Sub-Diakon membawakan cruet air kepada Selebran, sambil berkata:
    Benedicite, Pater reverende.
    Selebran memberkati cruet air dengan tanda salib, mengucapkan doa Deus, qui humanae, dst.
    Sub-diakon lalu memberikan Piala ke Selebran, sambil memegang kaki Piala, atau
    mendukung lengan kanan Selebran, mengucapkan bersama-sama dengan Selebran: Offerimus tibi, Domine, dst

    Setelah Piala diletakkan di atas Altar, Diakon menutupinya dengan Pall.
    Sub-diakon, berdiri di sisi Epistola, meletakkan tangan kanannya pada Patena yang dia tutupi dengan Humeral Veil; lalu pergi ke belakang Selebran di bagian tengah Altar, melakukan genuflek, dan berdiri di sana sambil memegang Patena dengan posisi tegak hingga akhir Bapa Kami.

    Pada Misa arwah, Patena tidak dipegang oleh sub-diakon.


    10. Selebran setelah mengatakan Veni, sanctificator, seperti di atas, Diakon menyorongkan boat (wadah dupa) sambil mengucapkan:
    Benedicite, Pater reverende.
    Dan Selebran memasukkan dupa ke dalam wiruk., berkata, sebagaimana urutan Misa:
    Per intercessionem beati Michaelis Archangeli, stantis sebuah dextris altaris incensi, et omnium electorum suorum, incensum Dominus istud dignetur bene + dicere, et di odorem suavitatis accipere.
    Per Christum Dominum nostrum. Amin.
    Lalu, menerima Wiruk dari tangan Diakon, tanpa memberi penghormatan ke arah Salib dulu, Selebran mendupai persembahan;
    tiga kali ayunan Wiruk atas Piala dan Hosti bersama-sama dalam bentuk tanda salib;
    dan tiga kali di sekeliling Piala dan Hosti, yaitu, dua kali dari kanan ke kiri, dan sekali
    dari kiri ke kanan

    (Diakon, sementara itu, sambil memegang kaki Piala dengan tangan kanan), mengucapkan kata berikut saat pendupaan:

    Pendupaan pertama:
    Incensum istud
    Kedua:
    a te benedictum
    Ketiga:
    ascendat ad te, Domine
    Keempat:
    et nos super descendat
    Kelima dan keenam:
    Misericordia tua.

    Kemudian, setelah memberikan penghormatan, ia mendupai Salib dan Altar, seperti yang dijelaskan di bawah ini, dibantu oleh Diakon, sambil mengucap:
    Dirigatur, Domine, oratio mea sicut incensum in conspectu tuo: elevatio manuum mearum sacrificium vespertinum. 
    Pone, Domine, custodiam ori meo, et ostium circumstantiae labiis meis: ut non declinet cor meum in verba malitiae, ad excusandas excusationes in peccatis.
    Dan ketika ia mendupai Salib, Diakon menggeser Piala ke sisi Epistola; dan setelah Salib selesai didupai, ia kembalikan seperti semula.

    Ketika Selebran memberikan Wiruk kepada Diakon, ia berkata:
    Accendat in nobis Dominus ignem sui amoris, et flammam aeterne caritatis. Amen.
    Lalu ia didupai oleh Diakon, dan Diakon mendupai paduan suara, dan setelah itu, Sub-diakon yang sedang memegang Patena.

    Kemudian Diakon sendiri didupai oleh pembawa Wiruk, kemudian pembawa Wiruk mendupai para Akolit dan umat.

    Selebran, setelah didupai, mencuci tangan, dibantu Akolit yang menyorongkan cruet air dengan mangkuk dan handuk Lavabo.

    Pada Sung Mass, jika pendupaan selesai dilakukan, Selebran melakukannya sendiri seperti pada Misa Meriah (solemn mass) dan pada akhirnya didupai oleh pelayan, yang kemudian mendupai para klerus dan umat.
     

    11. Ketika Prefasi diucapkan, Diakon dan Sub-diakon berdiri di belakang Selebran, dan sesaat sebelum Sanctus diucapkan, mereka naik ke Altar, yang kemudian bersama dengan Selebran mereka mengucap Sanctus, hingga selesai.

    Kemudian Diakon pergi ke sebelah kiri Selebran, membantu sementara ia mengucapkan Kanon, kecuali bila ada Imam lain melakukannya, maka Diakon berdiri di sisi kanan, agak di belakang Selebran.
    Lalu, Sub-diakon, berdiri di belakang posisi Selebran saat ini.
    Read more ...

    Minggu, 06 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 6 dari 14 -terjemahan

    bab 6


    VI . Epistola, Gradual, dan lain-lain hingga Offertory


    1. Ketika mengucapkan Oratio, tangan Selebran diletakkan di atas Missale atau di atas Altar, sehingga telapak tangannya menyentuh Missale, atau (jika dia kehendaki) membawa Missale itu, membaca Epistola dengan suara yang jelas, yang oleh pelayan direspon dengan Deo Gratias.
    Berdiri dengan cara yang sama, imam membaca Gradual, Alleluya, Traktus, dan Sequentia, menurut Missale.

    Kemudian Imam sendiri, bila low mass; atau pelayan, membawa Missale ke sisi Injil di Altar, membungkuk kepada Salib ketika melintas di depan Altar.

    Ia meletakan Missal sehingga bagian belakang dari buku itu menghadap pojok dari Altar, bukan bagian belakang, atau samping..


    2. Saat Missal sudah pada posisinya (sisi Injil) Selebran kembali ketengah Altar, ia berdiri dengan tangan terkatup didepan dada, mengangkat pandangannya kepada Tuhan, dan kemudian menurunkan pandangannya, lalu membungkuk mendalam, sambil mengucapkan dengan lirih:
    Munda cor meum ac labia mea, omnipotens Deus, qui labia Isaiae Prophetae calculo mundasti
    ignito: ita me tua grata miseratione dignare mundare, ut sanctum Evangelium tuum digne valeam nuntiare. Per Christum Dominum nostrum. Amen.
    Jube, Domine benedicere.
    Dominus sit in corde meo et in labiis meis. ut digne et competenter annuntiem evangelium
    suum. Amen
    Ketika mengatakan itu, ia menuju ke Missal, dan berdiri menghadapnya dengan tangan terkatup di depan dada, lalu berkata dengan suara nyaring:
    Dominus vobiscum
    Pelayan menjawab: Et cum spiritu tuo.
    Kemudian dengan ibu jari tangan kanannya, ia membuat tanda salib dahulu pada Missal, dan kemudian di dahi, mulut, dan dadanya sendiri, lalu berkata:
    Sequentia (or Initium) sancti Evangelii secundum N.
    Pelayan menjawab: Gloria tibi, Domine

    Kemudian berdiri dengan tangan terkatup di depan dada, seperti diatas, ia membaca Injil sampai selesai.
    Ketika selesai, pelayan yang berdiri di sisi Epistola pada bagian paling bawah dari Altar menjawab:
    Laus tibi, Christe

    Selebran, mengangkat Missal, lalu mencium bagian awal Injil dan berkata:
    Per evangelica dicta deleantur nostra delicta

    Pada misa arwah, Missal tidak dicium dan kata tersebut tidak diucapkan
    Ketika misa dihadiri Paus, Kardinal, wakil Kepausan, Patriark, Uskup Agung atau Uskup dalam wilayah mereka, buku itu dibawakan kepada mereka untuk dicium, dan Selebran tidak menciumnya atau berkata Per Evangelica, dll.

    Ketika nama Yesus disebut, kepala menunduk ke arah Kitab Suci; atau dengan sikap yang sama ia genuflek ke arah Missal, ketika genuflek harus dilakukan selama pembacaan Injil


    3. Ketika Injil selesai dibacakan, Imam berdiri ditengah-tengah Altar, menghadap salib serta mengangkat dan membuka tangannya, lalu memulai Credo (Aku Percaya), jika ditentukan.
    (Ketika ia mengatakan unum Deum, dia mengatupkan tangannya, dan kepala menunduk pada salib, kemudian ia berdiri tegak dengan tangan terkatup didepan dada sampai selesai).
    Ketika ia berkata Jesum Christum, dia menundukkan kepala kepada Salib.
    Ketika berkata Et incarnatus est hingga Et homo factus est, ia berlutut.
    Ketika dia berkata simul adoratur, dia menundukkan kepala ke arah Salib.
    Dan ketika ia berkata Et vitam venturi saeculi. Amen., ia membuat tanda salib pada dirinya sendiri dari dahi ke dada).

    Credo in unum Deum, Patrem omnipotentem, factorem coeli et terrae, visibilium omnium et invisibilium.

    Et in unum Dominum Jesum Christum, Filium Dei unigenitum.

    Et ex Patre natum ante omnia saecula. Deum de Deo, lumen de lumine, Deum verum de Deo vero. Genitum, not factum,consubstantialem Patri: per quem omnia facta sunt. Qui propter nos homines, et propter nostram salutem descendit de coelis.

    Et incarnatus est de Spiritu Sancto ex Maria Virgine: ET HOMO FACTUS EST.

    Crucifixus etiam pro nobis; sub Pontio Pilato passus, et sepultus est. Et resurrexit
    tertia die, secundum Scripturas. Et ascendit in coelum: sedet ad dexteram Patris. Et iterum venturus est cum gloria judicare vivos et mortuos. cujus regni non erit finis. Et in Spiritum Sanctum, Dominum et vivificantem: qui ex Patre Filioque procedit. Qui cum Patre, et Filio simul adoratur et conglorificatur:
    qui locutus est per Prophetas.

    Et unam, sanctam, catholicam et apostolicam Ecclesiam. Confiteor
    + unum baptisma in remissionem peccatorum. Et exspecto resurrectionem mortuorum. Et   vitam venturi saeculi. Amen.

    4. Pada misa meriah (solemn) Sub-Diakon, pada saat bagian akhir Oratio, membawa Epistolarium (penyangga Missal) dengan kedua tangan, membawanya didepan dadanya, dan genuflek di depan bagian tengah Altar, kemudian menuju ke sisi Epistola; ia menghadap ke Altar, menyanyikan Epistola, sedangkan Selebran  duduk mendengarkan.
    Setelah Epsitola dinyanyikan, Selebran menghampiri Missal tersebut;
    sedangkan Sub-diakon melakukan genuflek lagi di bagian tengah Altar, dan menuju ke Selebran, genuflek kepadanya, dan mencium tangannya, yang kemudian Selebran memberikan berkatnya kecuali pada Misa arwah.
    Kemudian Selebran membaca, dengan suara lirih, Gradual dan lain-lain sampai ke Munda cor meum.


    5. Setelah itu Selebran menanti di bagian tengah Altar sampai Sub-diakon membawa Missal ke sisi Injil dan Diakon meletakkan Evangeliarium di tengah altar. Kemudian ia – Selebran- memasukkan dupa dalam wiruk dan memberkatinya seperti di atas.
    Setelah itu, Diakon, berlutut di tangga paling atas sambil membungkuk mengucapkan Munda cor meum, dan mengambil Evangeliarium dari Altar, meminta berkat dari Selebran, sambil berlutut di tangga paling atas.

    Sesudah mencium tangan Selebran, dan didahului pembawa wiruk, dan 2 akolit pembawa lilin bernyala yang diambil dari Credensa, Diakon dan Sub-Diakon di sebelah kirinya menuju ke sisi Injil.
    Diakon menghadap ke arah umat, dan Sub-Diakon menghadapnya sambil memegangi Missale di depannya, diapit oleh akolit pembawa lilin.
    Diakon mengucapkan : Dominus Vobiscum dengan tangan terkatup.

    Ketika ia mngucapkan Sequetia. dll, dia memberi tanda salib di buku, dahi, mulut dan dadanya.
    Kemudian sementara para pelayan merespon Gloria tibi, Domine, ia mendupai Missal dibagian tengah, kanan dan kemudian kiri, lalu melanjutkan membacakan Injil dengan tangan terkatup.

    Pada saat itu Selebran, setelah memberikan berkat kepada Diakon menuju ke sisi Epistola dimana ia berdiri dengan tangan terkatup.
    Dan ketika Diakon berkata Sequentia sancti Evangeli, Imam membuat tanda salib pada dirinya sendiri, dan ketika nama JESUS disebut, ia menundukkan kepala.
    Setelah bacaan Injil selesai, Imam mencium Missale, yang dibawa kepadanya oleh Diakon dan berkata : Per Evangelica dicta, dst. Dan didupai 3x oleh Diakon.

    Jika saat itu hadir seorang Prelat (wali gereja) yang dalam yuridiksinya, Missal tersebut dibawa oleh para pelayan kepada Prelat, seperti diatas, dan ia didupai, seperti yang dijelaskan pada seremonial

    Setelah itu, Selebran, berdiri ditengah Altar menghadap Salib, lalu memulai, jika diucapkan, Credo, dengan Diakon dan Sub-Diakon berdiri dibelakangnya, kemudian naik ke bagian atas Altar; seperti pada saat Gloria in excelsis (Kemuliaan)


    6. Jika, misalnya, ada Homili setelah pembacaan Injil selesai, saat sudah selesai, Credo diucapkan, atau jika tidak diucapkan, maka Offertory dinyanyikan.


    7. Pada saat Credo Et incarnates est dinyanyikan, Diakon mengambil Burse dari Credensa, dan membawanya dengan dua tangan, membawanya lalu membungkuk/genuflek –seeprti di atas- di tengah Altar, sambil ia membuka Korporal dan mengembalikannya kepada Selebran.

    Kalau Credo tidak diucapkan, Sub-diakon membawa Burse bersama dengan Piala, seperti dijelaskan berikut.


    8. Pada Sung Mass, Epistola bisa dinyanyikan oleh pelayan, atau, cukup dibacakan oleh Selebran, yang bisa juga menyanyikannya sesuai aturan.

    Ketika pendupaan selesai, Selebran sebelum mengucapkan Mundo cor meum, memasukkan dupa di tengah altar dan memberkatinya, dan setalah pengucapan Sequentia atau Initium sancti Evangeli dll. Selebran mendupai Missal 3 kali.
    Setelah ia menyanyikan Injil, Selebran tidak didupai.
    Read more ...

    Sabtu, 05 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 5 dari 14 -terjemahan

    bab 5


    V. Kolekta (Persembahan)


    1. Ketika madah Gloria in cxcelsis dikumandangkan, ataupun tidak, Selebran mencium Altar dengan tangan terbuka seperti yang telah dipaparkan diatas. Kemudian dengan dua tangan terkatup didepan dada, dan dengan mata menunduk melihat kebawah, ia berbalik mengadap umat dari kiri ke kanan dengan tangan terus terkatup didepan dada seperti sebelumnya, dan berkata dengan dengan jelas:
    Dominus vobiscum
    (Atau, jika uskup: Pax vobis ( yang diucapkan ditempat) ketika lagu Kemuliaan dinyanyikan)

    Pelayan menjawab: Et cum spiritu tuo
    Kemudian, dengan tangan terkatup seperti sebelumnya, imam berbalik dengan cara yang sama menghadap Missal, merentangkan tangan, dan mengatupkannya kembali didepan dada, membungkuk ke Salib dan berkata: Oremus

    Kemudian imam merentangkan tangan di depan dada (dengan jari-jari rapat), dan mengucapkan Oratio.

    Ketika imam mengatakan Per Dominum nostrum, kedua tangannya mengatup dan tetap demikian sampai akhir.
    Apabila Oratio ditutup dengan Qui tecum or Qui vivis, imam baru mengatupkan tangan ketika mengatakan in unitate.


    2. Selama Oratio, atau bagian manapun dalam Missa, saat mengucapkan nama YESUS atau MARIA, atau menyebut nama seorang Santo atau Yang Terberkati untuk mengenang jasanya, atau menyebut nama Bapa Suci, Imam menundukkan kepala.

    Jika lebih dari satu Kolekta diucapkan, cara yang sama harus dilakukan: yaitu mengenai suara, merentangkan tangan, dan menundukkan kepala.


    3. Jika Altar menghadap umat, imam tidak membelakangi Altar ketika mengatakan: Dominus vobiscum, Orate, fratres, Ite, missa est atau ketika memberi berkat, tetapi mencium bagian tengah Altar, lalu membuka tangan dan mengatupkannya kembali seperti diatas, menghadap umat menyapa mereka dan memberi berkat.


    4. Ketika kata-kata Flectamus genua, Levate diucapkan dalam Misa, imam, setelah menyelesaikan Kyrie di tengah Altar, kembali ke sudut Epistola, dimana ia berdiri di depan Kitab Suci, merentangkan tangan lalu mengatupkannya kembali didepan dada, dengan kepala menunduk, mengatakan Oremus, dan kemudan Flectamus genua, dan di tempat yang sama, dengan tangan terulur dan terkatup, ia berpegangan pada altar, imam berlutut dan berdoa sesaat dalam keheningan. Kemudian ia mengucap: Levate, berdiri, dengan tangan terentang, lalu mengucapkan Oratio.
    Imam membaca bacaan selanjutnya dengan cara yang sama, seperti yang terdapat pada Epistola, dibawah ini


    5. Dalam Misa Meriah (solemn), ketika Dominus vobiscum dan Oratio diucapkan, Diakon dan Sub-diakon berdiri dibelakang imam.
    Flectamus genua dan Levate dinyanyikan oleh Dakon.
    Imam dan semua yang lain berlutut dan berdoa seperti dijelaskan diatas.
    Diakon menyanyikan Flectamus genua sebelum ia berlutut dan Levate sebelum ia berdiri.
    Read more ...

    Jumat, 04 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 4 dari 14 -terjemahan

    bab 4

    IV. Introit, Kyrie dan Gloria


    1. Kemudian, sambil berkata Aufer a nobis, dst, Selebran, dengan tangan terkatup, naik ke bagian tengah Altar:
    Aufer a nobis, quaesumus, Domine, iniquitates nostras ut ad Sancta sanctorum puris mereamur
    mentibus introire. Per Christum Dominum nostrum. Amen.
    Kemudian, ia membungkuk dengan tangannya sedikit menyentuh Altar, sedemikian rupa sehingga hanya kelingking yang menempel bagian depan mensa Altar, sementara itu ibu jari kanan tersilang di atas ibu jari kiri (bentuk yang harus selalu diperhatikan saat tangan dalam posisi terkatup menyentuh Altar)

    Ia berkata pelan:
    Oramus te, Domine, per merita Sanctorum tuorum

    Dan mencium Altar di bagian tengahnya, dengan kedua telapak tangan diletakkan di Altar dengan jarak yang sama dari tubuhnya ke kiri dan kanan (yang harus diperhatikan saat mencium Altar, tetapi nanti dengan ibu jari dan jari telunjuk saling menempel setelah konsekrasi),

    Ia melanjutkan:
    quorum reliquiae hic sunt, et omnium Sanctorum: ut indulgere digneris omnia peccata mea. Amen.
    (Setiap kali mencium Altar, atau buku, atau apa pun, tidak pakai ibu jari untuk membuat tanda salib, tetapi, tangan diletakkan di atas benda yang dicium).


    2. Setelah mencium Altar, Selebran pergi ke sisi Epistola.
    Di sana ia berdiri, menghadap altar, dan membuat tanda salib dari dahi ke dada, lalu mulai mengucapkan Introit dengan suara jelas, tangan tetap terkatup.

    Ketika ia mengucapkan : Gloria Patri, ia menundukkan kepalanya, dengan tangan tetap terkatup.
    Ketika ia mengulangi Antifon, ia tidak membuat tanda salib seperti sebelumnya.

    Setelah mengulangi Antifon, dia pergi ke tengah Altar dengan tangan terkatup sambil mengucapkan Kyrie bergantian dengan para pelayan dalam volume suara yang sama:
    (Jika pelayan atau siapa pun yang membantu tidak menjawabnya, maka Imam mengucapkannya sendiri, sebanyak 9x:
    S. Kyrie, eleison.
    M. Kyrie, eleison.
    S. Kyrie, eleison.
    M. Christe, eleison.
    S. Christe, eleison.
    M. Christe, eleison.
    S. Kyrie, eleison.
    M. Kyrie, eleison.
    S. Kyrie, eleison

    3. Setelah mengucapkan Kyrie, eleison yang terakhir kali, Imam berdiri di tengah Altar, mengulurkan tangan dan mengangkatnya setinggi bahu (perhatikan ini setiap mengangkat tangan),
    Ia mulai Gloria in excelsis dengan suara nyaring

    (Ketika mengucap Deo, dia katupkan tanggannya dan menundukkan kepala ke arah Salib).
    Lalu, berdiri tegak dengan tangan terkatup di dada, dia melanjutkan hingga akhir.

    Ketika ia mengatakan :
    Adoramus te;
    Gratias agimus tibi;
    Jesu Christe;
    Suscipe deprecationem nostram;
    dan Jesu Christe;
    ia menundukkan kepalanya ke arah salib.

    Ketika ia berkata Cum Sancto Spiritu di bagian akhir, ia membuat tanda salib dari
    dahi ke dadanya, sementara meneruskan ucapan In gloria Dei Patris. Amen.).
    Gloria in excelsis Deo.
    Et in terra pax hominibus bonae voluntatis. Laudamus te.
    Benedicimus te. Adoramus te. Glorificamus te. Gratias agimus tibi propter magnam gloriam tuam. 

    Domine Deus, Rex coelestis, Deus Pater omnipotens.
    Domine Fili unigenite, Jesu Christe. Domine Deus,
    Agnus Dei, Filius Patris,
    Qui tollis peccata mundi, miserere nobis.
    Qui tollis peccata mundi, suscipe deprecationem nostram.
    Qui sedes ad dexteram Patris, miserere nobis.
     
    Quoniam tu solus Sanctus.
    Tu solus Dominus. Tu solus Altissimus, Jesu Christe.
    Cum Sancto +  Spiritu  in gloria Dei Patris. Amen.

    4. Dalam Misa meriah (solemn), selebran, setelah melakukan Pengakuan, naik Altar di bagian tengahnya dengan para pelayan, di mana, setelah mengatakan Oramus te, Domine, dan setelah mencium Altar, ia memasukkan dupa ke dalam wiruk.
    Diakon menyorongkan boat, dan pembawa wiruk menyorongkan wiruk (ke selebran).

    Diakon, membungkuk di depan Selebran, mengucapkan: Benedicite, Pater reverende.

    Diakon mencium tangan selebran, lalu Sendok dupa, dan tangan selebran lagi.
    Selebran memasukkan dupa ke dalam wiruk 3x sambil mengucapkan:
    + Ab illo bene dicaris, in cujus honore cremaberis. Amen.

    Kemudian, setelah meletakkan Sendok, ia membuat tanda salib dengan tangan kanan ke atas dupa di dalam wiruk, memberkatinya.
    Lalu Diakon, mencium rantai wiruk, dan tangan kanan Selebran yang dipakai memberkati tadi; menutup wiruk dan memberikan ke selebran,

    Selebran membungkuk ke arah Salib, lalu mendupainya 3x.
    Lalu membungkuk lagi ke arah Salib, dia mendupai Altar, mengayun wiruk 3x dengan jarak yang sama seperti jarak antar lilin, mulai bagian tengah Altar ke arah sisi Epsitola.
    Lalu dia turunkan tangannya, mendupai bagian bawah Altar dan atas altar dengan 2x ayunan.

    Dan kembali lagi ke bagian tengah Altar, menaikkan tangannya, dia mendupai mensa (bagian datar Altar) pada sisi luarnya, dengan 3x ayunan ke arah tengah Altar.

    Di tengah Altar, membungkuk ke arah salib, dia dupai ke arah sisi Injil dengan 3x ayun, hingga ke sisi luarnya, atas dan bawah, yang didupainya dengan 2x ayun seperti di atas.

    Masih berdiri di tempat yang sama (sisi Injil), ia menaikkan wiruk dan 3x mendupai permukaan Altar sambil kembali ke bagian tengah Altar; seperti ia lakukan saat kembali dari sisi Epistola.
    Di sana (di bagian tengah Altar) ia mengembalikan ke wiruk ke Diakon, yang kemudian mendupainya


    5. Jika ada Relikui di Altar, atau gambar-gambar para kudus, setelah mendupai Salib dan membungkuk padanya, dia mendupai bagian relikui atau gambar kudus, dimulai dari sisi Injil dekat Salib, 2x ayunan, dan membungkuk ke salib lagi, dia mendupai kainnya yang ada di sisi Epistola.
    Baru kemudian selebran mulai mendupai Altar seperti point di atas, 3x ayunan wiruk pada tiap sisi, walaupun ada banyak Relikui atau Gambar Kudus, atau, lilin.


    6. Jika ada Tabernakel yang berisi Sakramen Maha Kudus di Altar, setelah mengambil Thurible, sebelum memulai pendupaan, ia genuflek setiap kali dia berlalu di tengah Altar.


    7. Diakon dan subdiakon membantu Selebran ketika ia mendupai, dan
    ketika mereka melintas di depan Salib, mereka selalu genuflek.

    Lalu Selebran, dengan Diakon
    berdiri di sebelah kanannya, dan subdiakon di sebelah kanan Diakon di sisi Epistola, membaca Introit dan Kyrie, eleison.
    Ketika ia menyanyikan Gloria in excelsis Deo, Diakon berdiri di belakang selebran, dan Sub diakon di belakang diakon (jadi urutannya dari Altar ke luar: Selebran, Diakon, lalu Sub Diakon).

    Setelah mereka naik ke Altar dan
    selanjutnya, Diakon ada di sisi kanan Selebran. dan subdiakon di kiri Selebran, mereka melanjutkan madah Gloria dengan suara lirih sampai akhir.

    Hal ini juga dilakukan ketika Credo diucapkan: dan ketika Dominus Vobiscum diucapkan, dan Oration, Prefasi, dan Pater noster, Diakon dan
    Subdiakon berdiri sama di belakang Selebran, dengan Sub Diakon paling belakang.


    8. Dalam Sung Mass, jika pendupaan selesai, Selebran bertindak sebagaimana di atas untuk Misa meriah (solemn).
    Pada akhir, ia didupai oleh pelayan.
    Read more ...

    Kamis, 03 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 3 dari 14 -terjemahan

    bab 3


    III. Awal Misa




    1. Ketika imam telah turun ke tingkat terendah Altar, ia berbalik menghadap Altar, dan berdiri di tengah, dengan tangan terkatup di depan dada dan jari-jari lurus ke atas,
    dan dengan ibu jari kanan di atas yang kiri dalam bentuk tanda silang (bentuk yang selalu harus diingat ketika mengatupkan tangan sampai setelah Konsekrasi),

    dan dengan kepala sudah tidak tertutup, setelah menghormat Salib atau Altar,
    atau jika ada Tabernakel berisi Sakramen Mahakudus di altar, ia berlutut, lalu berdiri tegak, dan memulai Misa


    2. Jika ia adalah merayakannya dengan dihadiri Paus, ia berdiri pada tingkat terendah di hadapan di Altar di sisi Injil di belakang Paus, sementara  berlutut, ia menunggu.
    Setelah menerima berkat, ia naik, dan berdiri menghadap Altar, mulai Misa

    Namun, jika ia akan merayakan di hadapan seorang Kardinal, Wakil dari Tahta Suci, atau Patriark, Uskup Agung, atau Uskup di tempat tinggalnya atau yurisdiksinya, ia berdiri sebelum tingkat terendah di sisi Injil,
    seperti di atas, dan menunggu; setelah tanda telah diberikan, ia membuat membungkuk dalam (profound bow) kepada Wali Gereja (prelate) tersebut,
    dan menghadap Altar, mulai Misa


    3. Tetapi, jika dia merayakan dengan meriah (solemn) di hadapan Bapa Suci atau Prelate lain di gereja-gereja yang dalam yurisdiksi mereka, dia berdiri di sebelah kiri Pemimpin Gereja,
    melaksanakan Confiteor (Pengakuan) dengan Beliau, dan melakukan segala sesuatu seperti yang ditentukan dalam Kepausan Roma dan Seremonial.


    4. Berdiri di depan undak terendah Altar, seperti dijelaskan di atas, dia membuat tanda salib dari dahi ke dada dan bahu, mengucap jelas:
    + In nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti. Amen.
    Setelah ia mengatakan ini, dia tidak boleh memperhatikan Selebran lain di di Altar lain, bahkan jika mereka sedang mengangkat Sakramen Mahakudus, tetapi melanjutkan Misa-nya sendiri sampai akhir.
    Hal ini harus diperhatikan bahkan dalam Misa meriah (solemn), dan juga oleh para Pelayan.


    5. Ketika ia membuat tanda salib, Imam tangan kirinya selalu menempel di dadanya.
    Di pemberkatan lainnya saat di Altar, dan saat memberkati persembahan (Oblation) atau apa pun, tangan kirinya itu ditempelkan di atas Altar, kecuali disebutkan lain.
    Saat memberkati dirinya sendiri, ia memutar telapak tangan kanannya ke arah dirinya sendiri, dengan jari-jari lurus, membuat tanda salib dari dahi ke dada, dan dari kiri bahu ke kanan.

    Namun, jika memberkati orang atau barang, jari kelingking ditekuk ke arah yang diberkati., dengan jari-jari lainnya  dan lengannya terulur ke arah yang diberkati; yang harus diperhatikan dalam semua pemberkatan.


    6. Setelah ia berkata In nomine Patris, dll seperti di atas, ia kembali mengatupkan tangannya di dada dan
    mengucapkan dengan suara yang jelas Antifon:

    Introibo ad altare Dei.

    Pelayan yang berlutut di belakangnya dan sebelah kirinya membalas:
    (Dalam Misa meriah / solemn, pelayan-pelayan ini berdiri)
    Ad Deum, qui laetificat juventutem meam.

    Kemudian Imam, dengan cara yang sama di atas, memulai, bergantian dengan salah satu pelayan atau para pelayan, mendoakan Mazmur sampai pada Gloria Patri, dan saat mengucap Gloria Patri, kepalanya menunduk ke arah Salib
    S. Judica me, Deus, et discerne causam meam de gente non sancta: ab homine iniquo et
    doloso erue me. 
    M. Quia tu es, Deus, fortitudo mea: quare me repulisti, et quare tristis incedo, dum affligit me inimicus?
     
    S. Emitte lucem tuam et veritatem tuam: ipsa me deduxerunt et adduxerunt in montem sanctum tuum, et in tabernacula tua.
    M. Et introibo ad altare Dei: ad Deum qui laetificat juventutem meam.

    S. Confitebor tibi in cithara, Deus, Deus meus quare tristis es anima mea, et quare conturbas me? 
    M. Spera in Deo, quoniam adhuc confitebor illi: salutare vultus mei, et Deus meus. 
     
    S. Gloria Patri, et Filio, et Spiritui Sancto. 
    M. Sicut erat in principo, et nunc, et semper: et in saecula saeculorum. Amen.

    Setelah selesai, ia mengulangi Antifon dengan para pelayan:
    S. Introibo ad altare Dei.
    M. Ad Deum qui laetificat juventutem meam.

     (Mazmur ini tidak pernah dihilangkan, kecuali dalam Misa Arwah, dan dalam Misa antara Minggu Palma hingga Kamis Putih; selama masa itu Antifon Introibo
    diucapkan dengan para pelayan, seperti di atas, dan imam segera menambahkan V. Adjutorium nostrum dll, seperti di bawah ini)


    7. Setelah Antifon Introibo telah diulangi, imam membuat tanda salib dengan tangan kanan dari dahi ke dada sambil berkata:
    +   V. Adjutorium  nostrum in nomine Domini.
    R. Qui fecit coelum et terram
    Kemudian, membungkuk dalam ke arah Altar, dengan tangannya terkatup, ia mengucapkan Confiteor, menebah dadanya dengan tangan kanannya saat mengucap: mea culpa, dengan tangan kiri menempel di dada
    :
    S. Confiteor Deo omnipotenti, beatae Mariae semper Virgini, beato Michaeli Archangelo, beato
    Joanni Baptistae, sanctis Apostolis Petro et Paulo, omnibus Sanctis, et vobis fratres: 
    quia peccavi nimis cogitatione verbo, et opere: mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa. 
    Ideo precor beatam Mariam semper Virginem, beatum Michaelem Archangelum, beatum Joannem
    Baptistam, sanctos Apostolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et vos fratres, orare pro me
    ad Dominum Deum Nostrum.
    Salah satu pelayan atau para pelayan membalas:
    Misereatur tui omnipotens Deus, et dimissis peccatis tuis, perducat te ad vitam aeternam.

    Imam berdiri tegak setelah menjawab:
    Amin.

    8. Jika ia berada di hadapan Paus, Kardinal, seorang Wakil Tahta Suci, atau Patriark, Uskup Agung, atau Uskup, di daerah Provinsial, Kota, atau Keuskupan saat mengucap:
     “vobis, fratres,” diganti, “tibi, Pater;” juga di bagian akhir saat:
    “vos, fratres” diganti “te, Pater.”

    Ketika ia mengucap ini kepada Paus, dia berlutut; atau bila kepada Wali Gereja yang lain: membungkuk dalam


    9. Pelayan kemudian mengucap Confiteor dengan cara yang sama.
    Ketika pelayan dan siapa saja yang hadir (bahkan juga Bapa Suci) mengucap Confiteor, dst, saat “ tibi, Pater, “dan “te, Pater,” ; dilakukan sambil menoleh ke arah Selebran:
    Confiteor Deo omnipotenti, beatae Mariae semper Virgini, beato Michaeli Archangelo, beato Joanni Baptistae, sanctis Apostolis Petro et Paulo, omnibus Sanctis, et tibi Pater: 
    quia peccavi nimis cogitatione verbo, et opere: mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa. 
    Ideo precor beatam Mariam semper Virginem, beatum Michaelem Archangelum, beatum Joannem Baptistam, sanctos Apostolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et te Pater, orare pro me ad Dominum Deum Nostrum.

    10. Ketika Confiteor sudah diucapkan oleh mereka yang berdiri di sekelilingnya, Selebran membalas (berdiri):,
    Misereatur vestri omnipotens Deus, et dimissis peccatis vestris, perducat vos ad vitam
    aeternam. 

    Para pelayan berdiri tegak setelah menjawab: Amin.
    Lalu Imam membuat tanda salib dengan tangan kanan dari dahi ke dada, berkata:
    + Indulgentiam, absolutionem, et remissionem peccatorum nostrorum, tribuat nobis omnipotens et misericors Dominus.

    Dan jika ia adalah seorang Uskup, atau Abbas, seperti di atas, ia lalu mengenakan Maniple, sebelumnya menciumnya di bagian tengahnya. Para pelayan menjawab: Amin.
    Kemudian, membungkuk dengan tangannya terkatup ia melanjutkan dengan:
    Deus, tu conversus, lalu selanjutnya sesuai Ordo Misa, sampai Aufer a nobis, dll, dengan suara yang jelas:
    V. Deus, tu conversus vivificabis nos.
    R. Et plebs tua laetabitur in te.
    V. Ostende nobis, Domine, misericordiam tuam.
    R. Et salutare tuum da nobis.
    V. Domine, exaudi orationem meam.
    R. Et clamor meus ad te veniat.
    V. Dominus vobiscum.
    R. Et cum spiritu tuo.

    Kemudian, merentangkan tangannya lalu mengatupkannya, dia mengucap dengan suara yang jelas:
    Oremus.


    11. Dan jika merayakan di hadapan Paus, atau wali gereja lainnya, seperti di atas, setelah genuflect kepada Paus, atau membungkuk dalam kepada wali gereja lain, ia pergi ke tengah Altar sebelum bagian paling rendah, dan di situ dimulailah dengan suara lirih : Aufer a nobis, seperti dalam Ordo Misa


    12. Kadang-kadang Mazmur Judica me, Deus berikut Antifon, Confieor berikut Absolusi, ayat-ayat berikut dan doa-doanya: Aufer a nobis dan Oramus te, Domine dihilangkan, menurut norma rubrik 424.

    Dalam kasus ini Selebran, setelah membungkuk ke Altar,  naik dan tidak berkata apa-apa, meletakkan Piala, mencium Altar, masih tanpa berkata apa-apa.

    Kemudian, kecuali bila Altar akan didupai, Selebran memulai antifona Introit di sisi Epistola, seperti di bawah ini.























    Post sebelumnya:
    Bab 1
    Bab 2



    ...bersambung
    Read more ...

    Rabu, 02 Juni 2010

    HR. Tubuh dan Darah Tuhan: hari ke 60 setelah Paskah

    Kamis 3 Juni, Pesta kelas 1 (Hari Raya wajib).
    Warna liturgi: Putih

    Proper misa dapat dilihat di sini (Virgo Mater Die)


    (illustrasi: Michael Camille, Gothic Art: Glorious Visions, New York; Abrams 1996)


    Sejarah

    Pesta Corpus Christi (nama lengkapnya: Corpus et Sanguis Christi), atau Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (dinamakan demikian kini), bisa ditelusuri asal-usulnya kembali ke abad ke-13.
    Akan tetapi pesta ini merayakan sesuatu yang jauh lebih tua: institusi Sakramen Perjamuan Kudus di malam perjamuan terakhir.

    Pada 1246, Uskup Robert de Thorete dari keuskupan Belgina dari Liège, atas saran biarawati Juliana dari Mont St Cornillon (juga di Belgia), mengadakan sinode dan melembagakan perayaan pesta ini.
    Dari Liège, perayaan itu mulai menyebar, dan, pada September 8, 1264, Paus Urbanus IV menerbitkan bula kepausan "Transiturus de hoc mundo," yang meresmikan Pesta Corpus Christi sebagai perayaan universal Gereja, yang akan dirayakan pada Kamis setelah Minggu Trinitas (minggu pertama setelah Pentakosta)

    Atas permintaan Paus Urbanus IV, St Thomas Aquinas menulis ofisi (doa resmi Gereja) untuk pesta ini.
    Ofisi ini secara luas dianggap salah satu yang paling indah di dalam Brevir tradisional Roma (brevir tradisional = buku doa resmi, Liturgi Jam Kudus), dan merupakan referensi himne Ekaristi terkenal "Pange Lingua Gloriosi" (di Indonesia: Puji Syukur no. 502) dan "Tantum Ergo Sacramentum" (Puji Syukur, PS 558 dan 559)

    Selama berabad-abad setelah perayaan ini diperluas mencapai keseluruhan Gereja universal, perayaan itu juga dirayakan dengan prosesi ekaristi, di mana Hosti Kudus diarak ke penjuru kota, disertai dengan pujian dan litani.

    Sementara itu, umat beriman memuliakan Tubuh Kristus saat prosesi melewati mereka.
    Dalam beberapa tahun terakhir, praktik ini telah hampir menghilang, meskipun beberapa paroki masih terus melaksanakannya


    dari Kitab Hukum Kanonik :
     
    Kan. 944 § 1Jika menurut penilaian Uskup diosesan dapat dilaksanakan, sebagai kesaksian publik penghormatan terhadap Ekaristi mahakudus, hendaklah diselenggarakan prosesi lewat jalan-jalan umum, terutama pada hari raya Tubuh dan Darah Kristus.
    Kan. 944 § 2Uskup diosesan bertugas menetapkan peraturan-peraturan mengenai prosesi, dengannya dijamin partisipasi serta kepantasannya.


    Kan. 1246 § 1Hari Minggu, menurut tradisi apostolik, adalah hari dirayakannya misteri paskah, maka harus dipertahankan sebagai hari raya wajib primordial di seluruh Gereja. Begitu pula harus dipertahankan sebagai hari-hari wajib: hari Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Penampakan Tuhan, Kenaikan Tuhan, Tubuh dan Darah Kristus, Santa Perawan Maria Bunda Allah, Santa Perawan Maria dikandung tanpa noda dan Santa Perawan Maria diangkat ke surga, Santo Yusuf, Rasul Santo Petrus dan Paulus, dan akhirnya hari raya Semua Orang Kudus.
    Kan. 1246 § 2Namun Konferensi para Uskup dengan persetujuan sebelum- nya dari Takhta Apostolik, dapat menghapus beberapa dari antara hari- hari raya wajib itu atau memindahkan hari raya itu ke hari Minggu.

    (PS: berdasar Kan 1246 point 2, di Indonesia HR. Tubuh dan Darah Tuhan dirayakan pada Minggu kedua setelah Pentakosta)



    Prosesi 
    (foto dari Komunitas TLM Melbourne, 2009)

















     
     (ilustrasi: Camila, webnya tidak diketemukan lagi)



    Referensi:
    Corpus Christi: The Body and Blood of Christ
    Corpus Christi (feast)

    ===========================
    Update:
    Dari Fr. Z (klik)

    In the 1975 Missale Romanum, after the texts for the Mass, there is a note that the observance of the feast of Corpus Christi can be transferred to Sunday.   In the newest edition, the 2002MR, we read not about the transferal of the feast, but rather:

    Expedit ut processio fiat post Missam, in qua hostia in processione deferenda consecretur. Nihil tamen impedit quominus processio peragatur etiam post publicam et protractam adorationem quae Missam sequatur… 
    It is advantageous that a procession be held after the Mass, in which the Host to be borne in procession is consecrated.   However, nothing prevents the procession from being held after the public and extended adoration which follows Mass….

    In other words… really, folks, you should have a procession!

    The Solemnity of the Most Holy Body and Blood of the Lord celebrates the institution of the Eucharist in a more focused way than it is even on Holy Thursday, in the context of the Triduum.

    It was established by Pope Urban IV in 1264 and its Mass and Office composed by St. Thomas Aquinas.   The feast itself was inspired by a great miracle.

    In 1263 a German priest, Peter of Prague, making a pilgrimage to Rome stopped at Bolsena. He was having serious doubts about the Real Presence of Christ in the Host.  While celebrating Holy Mass in Bolsena at the tomb of the virgin martyr St. Christina, at the consecration blood began to drip from the Host.  The Host bled over his hands onto the altar and the corporal (the linen cloth spread under the Host and chalice during Mass).

    Fr. Peter stopped the Mass and asked to be taken to the neighboring city of Orvieto, where Pope Urban was in residence with his court (also there were St. Bonventure and St. Thomas).  The Pope listened to the priest’s account then began a complete investigation.  Afterward, Urban ordered the bishop of the diocese to bring to Orvieto both the Host and the linen corporal stained with the blood. The Pope made a great procession with the entire papal court out of Orvieto to meet the other procession approaching with the Host and corporal.

    He brought the relics to Orvieto, where the great new cathedral church or “Duomo” was raised for their display, the cornerstone laid in 1290.  They are still visible in Orvieto today.  The gold reliquary is one of the wonders of medieval craftsmanship and religious aspirations.  Pope Urban prompted the drafting of an Office and Mass for the new feast which he instituted in August 1264.
    Anyone going to Rome would do very well to travel north also to Orvieto, which is not far at all, to see the magnificent cathedral with its bas reliefs by Lorenzo Maitani (1255-1330) and also a chapel decorated with frescoes by Luca Signorelli (1441-1523) and Fra Giovanni da Fiesole – “Beato Angelico” (1387-1455) whose tomb is at S. Maria sopra Minerva in Roma and who was beatified by Pope John Paul II in 1984.
    Bolsena is also not far, with the church and tomb of St. Christina where there is also a fine small catacomb you can visit.
    Read more ...

    Selamat ulang tahun ke 72: Pater Heribert Ballhorn., SVD

    Selamat ulang tahun ke-72 bapaku tercinta,
    semoga senantiasa diberi kesehatan dan panjang umur



     (foto: SVD regio Djawa, foto saat pesta 40 tahun imamat. Romo Heri, menerima bingkisan)


    Romo Heri, demikian beliau disapa,
    adalah romo paroki saya yang sudah mengajari kami semua -umat separoki- untuk memperjuangkan dengan tekun iman yang kami terima dari Gereja untuk jadi milik kami sendiri;
    menghormati dengan sungguh-sungguh Ekaristi; 
    serta untuk senantiasa menghormati para imam -para alter Kristus apapun alasannya, yang dari tangan-tangan mereka, Kristus hadir dalam Sakramen.

    (yang ini saya masih ingat pas dulu tahun '95 pelajaran Krisma:
    "kamu harus menghormati romo, bukan karena romo-romo gila hormat, tapi karena kamu menghormati Siapa yang di belakang mereka, yang mengutus mereka. Yaitu: Tuhan sendiri")



    Tambahan:
    Bagaimana komentar dan kesan yang menghadiri Sakramen Ekaristi di paroki kami (blognya pak Hurek, klik):

    -------
    "Dipimpin Romo Herry, sapaan akrab Pastor Heribert Ballhorn SVD, Paroki Salib Suci berkembang dengan pesat. Liturgi ekaristi di sini paling ketat di Jawa Timur."
    -------
    "Pada tgl 1 juni 2007 saya melangsungkan pernikahan disana, Gereja Salib Suci yang cukup khidmad dengan pimpinan romo Heri.
    Saat itu kami ingin foto bersama di altar, namun dilarang romo Heri.

    Memang, seharusnya demikian. Altar tidak boleh sembarangan dapat dipakai foto.
    Salam Damai
    Natanael"
    -------


    PS:
    Mengenai mengapa kita harus menghormati imam-imam kita, silahkan baca buku: Jalan oleh St. Escriva :

    art. 66
    Seorang imam, siapapun dia, adalah selalu "Kristus yang lain"

    art. 67
    meskipun engkau telah mengetahuinya dengan baik, saya ingin mengingatkanmu sekali lagi bahwa seorang imam adalah "Kristus yang lain," dan bahwa Roh Kudus telah berfirman: "Nolite tangere Christos meos," yang artinya: "Jangan sentuh Kristus-Kristus-Ku."

    art. 69
    Betapa rendahnya budi pekertimu dan betapa kurangnya rasa hormatmu, mempermainkan seorang imam, siapapun dia, dan dalam situasi apapun!

    art. 74
    Mencintai Tuhan, dan tidak menghormati imam ...adalah mustahil

    Sekali lagi,
    Selamat ulang tahun Pater
    Read more ...

    Selasa, 01 Juni 2010

    Ritus Servandus bab 2 dari 14 -terjemahan

    Bab 2


    II. Arak-arakan imam menuju Altar      
          

    1. Imam, dalam jubah kebesaran, mengambil Piala yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan tangan kirinya, dan membawanya di depan dadanya, dengan Burse di atas Piala.
          
    Kemudian, setelah memberi hormat kepada Salib atau Gambar yang terdapat dalam Sakristi, Imam menuju Altar dengan kepala tertutup, Server mengikutinya dengan membawa Missal dan keperluan lainnya (kecuali telah dipersiapkan sebelumnya).
    Pelayan harus mengenakan Surplice.

    Imam berjalan dengan mata menatap ke bawah, dengan sikap hormat, dan tubuh tegak.      

    Jika kebetulan imam melintas di depan Altar yg lebih besar,  ia menghormatinya dengan kepala tertutup.
    Jika dia melintas di depan Sakramen Mahakudus diletakkan, ia berlutut.

    Jika melintas di depan sebuah altar di mana Misa sedang dirayakan, dan jika Sakramen Mahakudus sedang ditinggikan, ia berlutut, dan menyembah dengan kepala tertutup, dan tidak naik sampai Selebran telah meletakkan Piala kembali ke Korporal.      


    2. Ketika tiba di depan Altar, berdiri di depan anak tangga terbawah, Imam membuka tutup kepalanya, dan memberikan Biretta tsb kepada pelayan.      
    Kemudian imam membungkuk dalam (profound bow) ke Altar atau Salib atau Gambar Kudus di atasnya. Jika ada Tabernakel yang menyimpan Sakramen Maha Kudus di altar, imam berlutut dan memberi hormat.
    Kemudian imam menuju ke tengah Altar, dan menempatkan Piala di sisi Injil, mengeluarkan Korporal dari Burse, membukanya di atas Altar, dan menempatkannya di atas Piala yg tertutup kain.

    Burse ditempatkan di sisi Injil. Jika dia akan mengenakan Vestment di Altar, ini di lakukan sebelum turun dari Altar untuk memulai Misa.      


    3. Jika diperlukan lebih banyak Hosti dikonsekrasikan untuk Komuni maka bisa diletakkan di atas Paten, dan harus diletakkan di atas Korporal di depan Piala, atau di Piala lain yang telah dikonsekrasikan, atau di dalam wadah lain  yg bersih dan telah diberkati, yang kemudian ditempatkan di belakang Piala, dan ditutupi dengan Paten atau Pall lain.      


    4. Setelah meletakkan Piala di Altar, Imam menuju sisi Epistola, dan menempatkan Missal di tempatnya. Kemudian ia kembali ke tengah Altar, menghormat kepada Salib, menoleh ke sisi Epistel, dan turun ke posisi yg paling rendah, dimana ia akan melakukan Confiteor (Pengakuan).


    5. Pada misa meriah (solemn mass), Missal diletakkan di Altar; tetapi, Piala, dan perlengkapan lainnya diletakkan di Credensa, ditutupi dengan kain linen, sebelum Imam menuju Altar.

    Ia melanjutkan bersama Diakon dan Sub-diakon, yang juga menutup kepalanya, dan dengan tangan terkatup di depan dada.
          
    Akolit berjalan di depan mereka dengan memegang lilin yg menyala, yang akan diletakkan di atas Credensa.
    Ketika mereka tiba di depan tangga Altar, di tengah, bersama dengan Diakon di kanan, dan Subdiakon di kiri, sebelum naik ke Altar, imam mengucapkan Confiteor (pengakuan dosa) bersama mereka (seperti dibawah ini).

    6. Dalam Misa Pontifikal, semuanya dilakukan seperti dalam aturan Roman Pontifical dan perayaannya; Uskup, dan lainnya, seperti di atas, tidak boleh mengabaikan aturan Pontifikal setiap kali ia merayakan dengan dibantu Diakon dan Sub-diakon.


    Post sebelumnya:
    Bab 1


    ... bersambung
    Read more ...

    Kliping US News Dec 2007

    Read more ...