Kamis, 21 Oktober 2010

Proper misa Bandung 31 Okt 2010

Download (120Kb) :     http://www.box.net/shared/v3brye2dg4

Baca Online:

Read more ...

Rabu, 20 Oktober 2010

Bandung 31 Okt - Misa Forma Ekstraordinaria Pesta Kristus Raja

Undangan Misa Ekstraordinaria pada hari Pesta Kristus Raja dari rekan-rekan di Bandung.

  • Minggu, 31 Oktober 2010. 
  • Pk. 10.00 - 12.00
  • Kapel Susteran Ursulin St. Angela , Jl, Merdeka no. 24 Bandung




Peta Lokasi:


Facebook event (klik)
Read more ...

Senin, 11 Oktober 2010

Sikap-Sikap dan Postur Umat Katolik Secara Tradisional di Dalam Misa dan di Luar Misa

1. Menundukkan kepala (kepala dianggukkan ke arah dada):
- Setiap saat nama "Yesus" disebut, baik di dalam misa maupun di luar misa, tundukkan kepala. Bukan pada saat gelar "Kristus" disebut, tetapi pada nama Yesus. Jika pria sedang me...nggunakan topi, topi harus dibuka.
- Pada Credo bagian "Qui cum Patre, et Fílio simul adorátur [menunduk] et conglorificátur".
- Tradisi yang kurang umum dilakukan: Setiap penyebutan Tritunggal: "Bapa, Putra dan Roh Kudus" yang ketiganya disebutkan bersama, dan juga penyebutan nama Maria di dalam misa, dan nama orang kudus pada perayaan misa orang kudus tersebut.

2. Menepuk dada (dengan kepalan atau ujung jari ditepuk ke dada):
- Dalam misa, pada setiap "mea culpa" dalam Confiteor, tiga kali pada Agnus Dei, dan tiga kali dalam Domine Non Sum Dignus.
- Tradisi yang kurang umum: pada "dimitte nobis debita nostra" dalam Pater Noster.

3. Membungkuk secara dalam (dari pinggang ke atas 30 derajat)
- Pada Asperges dalam Misa Besar sewaktu Pastor memerciki umat dengan air suci. Membungkuk secara dalam sambil membuat tanda salib.
- Membungkuk secara dalam ke arah putra altar setelah mereka mendupai umat dalam misa.
- Dalam Misa Besar, ketika pastor berjalan menuju altar sebelum misa dan meninggalkan altar setelah misa. Pada saat pastor meninggalkan altar, ada kebiasaan juga untuk mendoakan pastor tersebut.
- Pada saat menyalami Uskup yang tidak memiliki yuridiksi langsung, misal Uskup dari luar keuskupan umat tersebut, membungkuk secara dalam, dan mencium cincin uskup tersebut. Kemudian berdiri.

4. Berlutut satu kaki (genuflect) pada kaki kiri:
- Pada saat menyalami Paus atau Uskup yang memiliki yuridiksi langsung, misal Uskup dari keuskupan umat tersebut, berlutut satu kaki pada kaki kiri, dan mencium cincin uskup tersebut. Kemudian berdiri.

5. Berlutut satu kaki (genuflect) pada kaki kanan:
- Pada saat melintasi (berjalan melewati tabernakel misal dari kiri ke kanan) Sakramen Mahakudus di tabernakel.
- Jika relikwi Salib Asli (True Cross) terbuka untuk adorasi.
- Pada Jumat Agung sampai Sabtu Suci, setelah upacara penghormatan salib, pada saat melintasi (berjalan melewati) meja altar dan salibnya.

6. Berlutut dua kaki:
- Setiap kali Sakramen Mahakudus terbuka.
- Bagian-bagian tertentu misa: doa di kaki altar, Credo pada "Et incarnátus est...", setelah Sanctus, setelah Agnus Dei, pada saat menerima komuni, dan pada saat berkat.
- Pada pengakuan dosa
- Sewaktu diberkati pastor, baik dalam liturgi ataupun di luar liturgi.


Catatan:
Menundukkan kepala setiap kali penyebutan nama Yesus diatur dalam Konsili Lyons II th 1274 yang diselenggarakan Paus Gregorius X: "Mereka yang berkumpul di dalam gereja harus menunjukkan penghormatan khusus kepada Nama yang berada di atas semua nama, yang kepada tak seorangpun di bawah surga diberikan, di mana orang yang percaya diselamatkan, Nama tersebut, nama Yesus Kristus, yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa. Pada setiap Nama Yesus disebut semua lutut harus menunduk, terutama pada misteri suci Misa, setiap orang menundukkan lutut hatinya, yang dapat dilakukan dengan menundukkan kepalanya".
Read more ...

Selasa, 28 September 2010

Foto TLM Bandung 26 Sept 2010

Foto-foto atas kebaikan hati Mea Culpa.
Reportase menyusul.



Persiapan Altar


Doa di kaki altar

Confiteor server (usai Confiteor imam)

Offertory

Elevasi Tubuh Tuhan
Elevasi Piala
Komuni umat

Schola Cantorum

Proficiat untuk rekan-rekan semua... Viva Sancta Missa Tridentina!
Read more ...

Jumat, 24 September 2010

Proper misa Bandung 26 Sept 2010

Proper Misa "Da pacem" -Minggu kedelapan belas setelah Pentakosta
Bandung, 26 September 2010


baca online:
Proper Minggu Ke 18 Stlh Pentakosta - TLM Bandung 26092010
Read more ...

Rabu, 01 September 2010

Ordo Missae 1962 Latin-Indo (sudah direvisi)

Revisi terjemahan dan tata letak Ordo Missae menurut Missale Romanum 1962 (yang dipromulgasikan oleh Bapa Suci Yohanes XXIII) sudah selesai.
Revisi terjemahannya diupayakan sedekat mungkin dengan versi latinnya, dengan tetap diusahakan tidak menghilangkan unsur puitis yang khas bahasa latin.

Beberapa tambahan untuk revisi kali ini:
  • Panduan tata gerak untuk umat, mengacu pada Missa Solemnis (high mass)
  • Asperges (antifon pemercikan air suci pada masa selain Paskah) dan Vidi Aquam (antifon pemercikan air suci pada masa Paskah) dimasukkan di halaman 1 dan 2. 
  • Terjemahan Injil terakhir, disertakan pada halaman belakang
  • Terjemahan doa Leonine (Salam Maria, Salve Regina, dan doa kepada St. Mikael), disertakan
  • Doa rosario dalam bahasa latin, termasuk peristiwa terang.


Semoga terjemahan ini bisa digunakan untuk keperluan internal pelaksanaan misa forma ekstraordinaria di Indonesia.


Preview:


Asperges Me

Download via Scribd (klik)


Baca online:
Ordo Missae 1962 Latin-Indo Rev1.4
Read more ...

Selasa, 31 Agustus 2010

Laporan dari Bandung: Misa Ekstra Ordinaria, 29 Agustus 2010

Laporan dan foto dari Mea Culpa.

Bandung
Misa dalam forma ekstraordinaria (Tridentina / tridentinum) yang ketiga di Bandung, dilaksanakan di kapel Gereja Mahasiswa (GEMA), pukul 17 di Jl. Sultan Agung no. 4 Bandung.
Dihadiri oleh sekitar 80 orang, misa peringatan pemenggala kepala St. Yohanes Pembaptis ini dipimpin oleh imam dari Keuskupan Agung Jakarta (yang dengan halus meminta supaya namanya tetap anonim).

Berikut foto-foto dokumentasi (atas kebaikan hati Mea Culpa):


Altar


Aufer a nobis (imam melangkah ke altar, dan membaca doa ini)

Komuni (umat menerima di lidah, dan berlutut)


PS:
- berhubung privacy imam selebran, sebagian besar foto yang menampakkan wajah imam dihapus oleh redaksi.
Read more ...

Senin, 30 Agustus 2010

Penjelasan St. Thomas mengenai banyaknya tanda salib

Pendahuluan

Pada misa forma ekstraordinaria, kita akan melihat dalam berbagai bagian, banyak sekali tanda salib dilakukan.
Paling mencolok adalah pada saat Kanon (misa baru: Doa Syukur Agung).

Artikel ini adalah terjemahan dari Summa Theologica St. Thomas Aquina, yang menjelaskan mengapa perlu ada tanda salib sedemikian banyak di dalam kanon.

Article 5.
Whether the actions performed in celebrating this sacrament are becoming?
Objection 3.
Further, the ceremonies performed in the sacraments of the Church ought not to be repeated. Consequently it is not proper for the priest to repeat the sign of the cross many times over this sacrament.

referensi: http://www.newadvent.org/summa/4083.htm

potongan image untuk menjelaskan letak pastinya tanda salib di Kanon Misa, saya ambil dari Ordo Missae 1962 Latin-Indo yang dipakai internal.


=========================================================


Artikel 5.
Apakah tindakan yang dilakukan dalam merayakan sakramen ini [penting]?

Keberatan 3.
Selanjutnya, upacara sakramen Gereja seharusnya tidak diulang.
Oleh karena itu tidak tepat untuk imam melakukan berulang kali tanda salib atas sakramen ini



Aku menjawab bahwa, seperti dikatakan di atas (Pertanyaan 60, Artikel 6), ada dua cara penekanan dalam sakramen, dengan kata-kata, dan tindakan, agar makna yang ditekankan bisa menjadi lebih sempurna.

Sekarang, dalam perayaan sakramen ini kata-kata digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan Sengsara Kristus, yang diwakili dalam sakramen ini; atau, yang berkaitan dengan tubuh mistik Kristus, yang ditekankan di dalamnya, dan lagi, hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan sakramen ini, yang penerimaannya harus dengan taat dan hormat.
Akibatnya, dalam perayaan misteri ini beberapa hal yang dilakukan untuk mewakili Sengsara Kristus, menunjukkan tubuh mistik-Nya, dan beberapa hal lain dilakukan yang berhubungan dengan pengabdian dan penghormatan kepada  sakramen ini.


Jawaban atas Keberatan 3:

Imam, dalam merayakan misa, menggunakan tanda salib untuk menekankan Sengsara Kristus yang berakhir pada salib. Sekarang, Sengsara Kristus dilakukan dalam tahapan tertentu.

Pertama-tama adalah pengkhianatan Kristus, yang merupakan karya Allah yang dilakukan oleh Yudas dan orang Yahudi, ini ditandai dengan tanda tiga salib di kata-kata:
pemberian + ini, persembahan + ini, kurban + kudus dan tak bernoda ini




Kedua, penjualan Kristus.
Sekarang ia dijual kepada para imam, ke ahli Taurat, dan orang-orang Farisi:
dan untuk menunjukkan ini tanda salib tiga kali diulangi pada kata-kata:
"terber+kati, ha+lal, +sah,"
Atau lagi, untuk menunjukkan harga yang Dia dijual, yaitu tiga puluh kepeng perak.

Dan dua kali tanda salib ditambahkan pada kata-kata - "agar menjadi bagi kami Tu+buh dan Da+rah" dst, untuk menandai si Yudas penjual, dan Kristus yang telah terjual.



Ketiga, bayangan Sengsara Kristus pada malam perjamuan terakhir.
Untuk menyatakan ini, dua tanda salib dibuat, satu di konsekrasi Tubuh, satunya lagi di konsekrasi Darah; setiap kali imam berkata, "member+kati"



Keempat, adalah Sengsara Kristus itu sendiri. Dan guna mewakili lima luka-Nya, ada lima kali tanda salib pada kata-kata: “Persembahan + yang suci, persembahan + kudus, persembahan + yang tak bernoda, Roti + Kudus kehidupan kekal, dan Piala + keselamatan yang kekal.



Kelima, perentangan Tubuh Kristus, dan penumpahan darah, dan buah dari Sengsara, yang ditandai dengan tiga kali tanda salib pada kata-kata:
"supaya kami semua  (mencium altar), yang mengambil bagian pada altar ini dan yang akan menyambut Tu + buh dan Da + rah PuteraMu yang amat kudus, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi. "

[shv: 1x tanda salib diganti dengan mencium altar, yang pada jaman kuno adalah makam para martir]



Keenam, doa Kristus sebanyak tiga kali di atas kayu salib ditunjukkan dengan:
satu untuk penganiaya-Nya ketika Dia berkata, "Bapa, ampunilah mereka",
yang kedua untuk pembebasan dari kematian, saat Dia mengucap, "Ya Tuhan, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? "
yang ketiga masuknya ke dalam kemuliaan-Nya, ketika Dia berkata, "Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku";
dan guna menunjukkan ini ada tiga tanda salib dibuat pada kata-kata:
"mengu+duskan, menghi+dupkan, member+kati, dan memberikannya kepada kami."



Ketujuh, tiga jam di mana Dia tergantung di atas kayu salib, yaitu, dari jam keenam hingga jam kesembilan, terwakili saat membuat tanda salib tiga kali pada kata-kata:
"Karena Di+a, dan dengan Di+a, dan dalam Di+a,"




Kedelapan, pemisahan jiwa-Nya dari tubuh ditandai oleh dua tanda salib yang dibuat di atas Piala

[shv: “Allah Bapa + yang Mahakuasa, dalam persatuan Roh + Kudus”]


Kesembilan, kebangkitan pada hari ketiga diwakili oleh tiga tanda salib yang dibuat pada kata-kata :
"Semoga damai + Tuhan + selalu + besertamu"




Singkatnya, kita dapat mengatakan bahwa konsekrasi sakramen ini, dan penerimaan kurban ini, dan buah-buahnya, merupakan kelanjutkan dari kebajikan Salib Kristus, dan karena itu dimanapun menyebutkannya, imam senantiasa menggunakan tanda salib.
Read more ...

Minggu, 27 Juni 2010

Persiapan Revisi Teks Misa 1962 (Latin-Indo)

Yth rekan-rekan,

Sesuai permintaan mas Rudy, berikut hasil sementara revisi teks misa untuk tata liturgi Ekstra Ordinaria.
(sementara ini terjemahan masih macet pada Misa Umat Beriman).


Revisi dilakukan pada:
- Terjemahan bahasa Indonesia
- Tambahan tanda baca pada teks latin, mengikuti Missale 1962
- Perubahan lay out halaman (tambahan garis pembatas teks misa Latin dan teks Indo)
- Penambahan drop cap (huruf pertama paragraf diperbesar, biar ada gaya klasik sedikit)


Usulan dan macam-macam kritik, silahkan tulis di bawah, atau email saya di missa1962@gmail.com


PS:
- Mohon maklum, terjemahan Ritus Servandus masih macet di bab 9. Too many work, so many worker :D


(klik pada gambar untuk melihatnya full size):
Read more ...

Minggu, 20 Juni 2010

Misa Tridentina Jakarta Barat, 10 Juli

10 Juli 2010
Peringatan Martir St. Rufina dan Secunda

Warna Liturgi: Merah

Rufina dan adiknya Secunda adalah anak-anak dari seorang Senator Romawi. Mereka dibunuh secara kejam kira-kira pada tahun 257, selama masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh kaisar Valerianus (253-260).

Menurut tradisi, Rufina dan Secunda bertunangan dengan dua orang pemuda beragama Kristen.
Rufina bertunangan dengan Armentarius dan Secunda dengan Verinus. Selama masa penganiayaan, kedua lelaki Kristen itu dengan semangat menyebarkan agama Kristen.
Rufina dan Secunda sebaliknya enggan melakukan hal itu.

Kedua bersaudara itu pergi ke Roma dan di sana mereka ditangkap dan dipenjarakan.
Tak satu siksaan pun mampu mematahkan ketetapan hati dan keteguhan iman mereka.
Karena itu akhimya mereka dibunuh. Jenazah mereka dimakamkan di basilika Santo Yohanes Lateran, Gereja Katedral kota Roma.

Sumber: Buku ‘Orang Kudus Sepanjang Tahun’ yang disusun oleh Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM. Diterbitkan oleh Penerbit OBOR, Jakarta, Tahun 2008 (seperti yang dikutip oleh Katedral Purwokerto)

===============

Lokasi Misa: 
INTI College,
Jalan Arjuna Utara No. 35 Kel. Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
(turun pintu tol Kebon Jeruk) (klik untuk melihat peta)



 Ordinarium:

 Proper Misa:

Undangan:
Read more ...