Selasa, 06 April 2010

Vidi Aquam: Antifon Paskah hingga Hari Raya Pentakosta


sumber video di youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=rbPChLUsUTc (21 MB, 4 menit 4 detik).




Selamat Paskah Tuhan!



Selama masa Paskah hingga Hari Raya Pentakosta
Gereja memakai Antifona Vidi Aquam (Aku melihat air) untuk mengingatkan kita akan rahmat Baptisan yang kita terima.


Antifona ini dilagukan pada awal Misa Tridentina, setelah perarakan Imam memasuki Gereja.
Pada saat itu, biasanya Imam, mengenakan jubah (alba) dan cope, akan berkeliling untuk memerciki umat dengan air suci.
Setelah seluruh umat selesai direciki dengan air suci, maka Imam akan berganti pakaian (melepas cope dan mengenakan kasula), dan segera memulai dengan Doa di Kaki Altar.


[Pada misa Paulus VI, Vidi Aquam dipakai sebagai pengganti Tuhan Kasihanilah Kami. Jadi segera setelah Vidi Aquam, langsung disusul dengan Gloria in Excelsis]


Antifona ini diambil dari nubuat Nabi Yehezkiel (lih. Yehezkiel fatsal 47) yang menubuatkan pembebasan Israel.
Nabi Yehezkiel ini menulis kitabnya pada saat masa pembuangan di Babel, dan memberikan harapan kepada bangsa Israel saat itu, supaya tabah dan menguatkan hati karena Allah penolong kita akan segera membebaskan hamba-Nya.
Dan nubuatan Nabi Yehezkiel ditepati oleh Tuhan kita Yesus Kristus, yang dari sisi kanan-Nya, air mengucur deras setelah ditusuk oleh tombak prajurit Romawi.
Dan dari air inilah, kita, Israel baru, menjadi hidup.

Yehezkiel 47: 1-9,12

Saya melihat air mengalir dari dalam Bait Suci, ke mana saja air itu mengalir semua yang ada di sana hidup
Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.
Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan.
Sedang orang itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya, ia mengukur seribu hasta dan menyuruh aku masuk dalam air itu, maka dalamnya sampai di pergelangan kaki.Ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku masuk sekali lagi dalam air itu, sekarang sudah sampai di lutut; kemudian ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu, sekarang sudah sampai di pinggang.
Sekali lagi ia mengukur seribu hasta lagi, sekarang air itu sudah menjadi sungai, di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang, suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi.
Lalu ia berkata kepadaku: “Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?”
Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai. Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana.

Ia berkata kepadaku:
“Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup.
Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup
Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.



Teks


Vidi Aquam:

Vidi aquam egrediéntem de templo, a látere dextro, allelúia: et omnes ad quos pervénit aqua ista salvi facti sunt et dicent: allelúia, allelúia.

Confitémini Dómino, quóniam bonus: quóniam in sæculum misericórdia ejus

P.Glória Patri, et Fílio, et Spirítui Sancto. [saat menyanyikan bagian ini, Imam dan umat menundukkan kepala ke arah Tabernakel]

S.Sicut erat in princípio, et nunc, et semper, et in sæcula sæculórum. Amen.

Vidi aquam egrediéntem de templo, a látere dextro, allelúia: et omnes ad quos pervénit aqua ista salvi facti sunt et dicent: allelúia, allelúia.

Teks bahasa Indonesia (dan not) silahkan buka Puji Syukur nomor 234 (sisipan warna kuning, edisi lama. Edisi baru: tidak ada)


Teks dari Liber Usualis edisi 1961 halaman 12:

1 komentar:

Mikroba Starbio plus mengatakan...

bagus info nya
terus update info lain nya

Posting Komentar

Selamat datang, silahkan post komentar atau saran Anda.
Komentar anti Katolik akan saya delete. Trims.
PS: gunakan pilihan Name/Url bila kesulitan menggunakan account.