bab 7
VII. Persembahan dan bagian lain s/d Kanon
1. Ketika Credo telah dibaca, atau jika tidak ditentukan, setelah Injil atau homili, Selebran mencium bagian Altar, dan dengan tangan terkatup di depan dadanya, ia memutar badan menghadap umat, dimulai dari sisi kirinya (seperti dijelaskan di atas), lalu merentangkan dan mengatupkan tangannya, sambil berkata:
Dominus vobiscum.
Pelayan menjawab:
Et cum Spiritu tuo.
Kemudian dia berpaling kembali dengan cara yang sama ke Altar (memutar badan ke kiri), dan merentangkan tangan lalu mengatupkannya lagi, ia berkata:
Oremus.
Dengan tangan terkatup seperti sebelumnya, ia mendoakan Offertory dst hingga akhir Misa dengan menghadap Altar pada bagian tengah, kecuali ada ketentuan lain
2. Setelah mendoakan Offertory, ia membuka selubung Piala dan menempatkannya sisi kanan.
Dengan tangan kanan, ia mengambil Pall yang menutup Hosti, mengambil Patena yang berisi Hosti di atasnya, dan memegangnya tinggi selevel dada, dan mengarahkan pandangan matanya kepada Tuhan, lalu menunduk, sambil mengucapkan:
Suscipe, sancte Pater, omnipotens aeterne Deus, hanc immaculatam hostiam, quam ego
indignus famulus tuus offero tibi, Deo meo vivo et vero, pro innumerabilibus peccatis, et offensionibus, et negligentiis meis, et pro omnibus circumstantibus, sed et pro omnibus fidelibus Christianis vivis atque defunctis: ut mihi, et illis proficiat ad salutem in vitam aeternam. Amen.
3. Jika ada banyak lagi Hosti selain yang ada pada Patena, misalnya pada Korporal, atau Piala, atau Siborium lain, yang juga akan di-konsekrasikan untuk Komuni umat; maka Piala dan Sibori tersebut dibukanya dengan tangan kanan;
dan Selebran saat mengucapkan Suscipe, dst di atas, juga mengintensikan untuk mempersembahkan dan mengkonsekrasikan ini juga.
Setelah mengatakan ini, memegang Patena di kedua tangannya, ia membuat tanda salib dengan Patena di atas Korporal, dan kemudian menempatkan Hosti di tengah Korporal, lalu Patena dibersihkan dengan Purifikator, dan diletakkan di sisi kanan dan ditutupi Purifikator
Bila ada Piala atau Siborium lain berisi Hosti, maka juga ditutupi dengan Patena atau Pall lain.
4. Lalu Imam mengambil Piala yang ada di sisi kanannya, membersihkan dengan Purifikator
Lalu sambil memegang gagang Piala, ia mengambil cruet berisi anggur dari pelayan dan menuangnya ke dalam Piala.
Pelayan sebelumnya mencium dahulu cruet ini.
Lalu, sambil masih memegang Piala, Selebran membuat tanda salib di atas Cruet berisi air, sambil berkata:
Deus, qui humanae substantiae dignitatem mirabiliter condidisti, et mirabilius reformasti:
dan menuangkan sedikit air dalam Piala, sambil melanjutkan:
da nobis per hujus aquae et vini mysterium, ejus divinitatis esse consortes, qui humanitatis nostrae fieri dignatus est particeps, Jesus Christus Filius tuus Dominus noster: Qui tecum vivit et regnat in unitate Spiritus Sancti Deus. per omnia saecula saeculorum. Amen.
Jika ia merayakan Misa Arwah, tanda salib tidak dibuat di atas cruet air, tetapi hanya mengucapkan doa di atas saja.
5. Ketika air telah dicurahkan ke dalam Piala dan doa tersebut telah selesai, Imam mengangkat Piala terbuka tersebut dengan tangan kanannya.
Berdiri di sisi depan pada bagian tengah Altar, memegangnya dengan kedua tangan terangkat tinggi, tangan kiri menahan bawah Piala, dan tangan kanan memegang tangkai piala;
Matanya tertuju kepada Allah, ia persembahkan itu, dengan mengatakan:
Offerimus tibi, Domine, calicem salutaris tuam deprecantes clementiam: ut in conspectu divinae majestatis tuae, pro nostra et totius mundi salute cum odore suavitatis ascendat. Amen.
Setelah mengucapkan doa ini, ia membuat tanda salib dengan Piala di atas Korporal, dan kemudian meletakkan Piala di atasnya, di belakang Hosti, lalu menutupinya dengan Pall
Kemudian, dengan tangan terkatup dan diletakkan pada Altar, dia membungkuk dan berkata pelan:
In spiritu humilitatis, et in animo contrito suscipiamur a te, Domine, et sic fiat sacrificium nostrum in conspectu tuo hodie, ut placeat tibi, Domine Deus.
Kemudian, berdiri tegak, ia mengangkat matanya, merentangkan dan meninggikan tangannya, dan dengan cepat mengatupkannya kembali di depan dada (yang harus selalu dilakukan bila memberkati sesuatu), dia mengucapkan:
Veni, Sanctificator omnipotens aeterne Deus, et benedic + hoc sacrificum tuo sancto nomini praeparatum.
(Ketika ia berkata
et benedic, ia membuat tanda salib di atas Hosti dan Piala bersamaan, sementara tangan kirinya diletakkan di atas Altar).
6. Dengan tangannya terkatup di depan dadanya, ia pergi ke sisi Epistola, berdiri di sana, mencuci tangan saat pelayan menuangkan air, pada ujung jari telunjuk dan ibu jari; sambil mengucapkan Mazmur:
Lavabo inter innocentes manus meas, et circumdabo altare tuum, Domine.
Ut audiam vocem laudis, et enarrem universa mirabila tua. Domine, dilexi decorem domus tuae: et locum
habitationis gloriae tuae.
Ne perdas cum impiis, Deus animam meam: et cum viris sanguinum vitam meam: in quorum manibus iniquitates sunt: dextera eorum repleta est muneribus.
Ego autem in innocentia mea ingressus sum: redime me, et miserere mei. Pes meus stetit in directo:
in ecclesiis benedicam te, Domine.
Gloria Patri, et Filio, et Spiritui Sancto. Sicut erat in principio, et nunc, et semper: et in saecula
saeculorum. Amen.
Gloria Patri dihilangkan pada Misa Arwah, dan saat Misa selama waktu dari Minggu sengsara sampai Kamis Suci.
7. Selebran, setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, dan mengatupkan kembali di depan dada, dan kembali ke tengah Altar.
Berdiri, ia arahkan pandangan kepada Tuhan, dan segera menunduk, berdoa pribadi dengan membungkuk:
Suscipe sancta Trinitas, hanc oblationem, quam tibi offerimus ob memoriam passionis,
resurrectionis, et ascensionis Jesu Christi Domini nostri:
et in honorem beatae Mariae semper Virginis, et beati Joannis Baptistae, et sanctorum Apostolorum Petri et Pauli, et istorum, et omnium Sanctorum: ut illis proficiat ad honorem, nobis autem ad salutem:
et illi pro nobis intercedere dignentur in coelis, quorum memoriam agimus in terris.
Per eumdem Christum Dominum nostrum. Amen.
Setelah selesai, ia mencium tengah Altar dengan tangannya terentang dan menempel di atasnya
Lalu, dengan tangan terkatup di dada, dan pandangan matanya terarah ke bawah, ia berbalik ke arah umat dengan memutar badan ke kiri, merentangkan tangan dan mengatupkannya sambil berkata nyaring:
Orate, fratres:
lalu dengan hening ia lanjutkan sambil memutar badan kembali menghadap Altar:
ut meum ac vestrum sacrificium acceptabile fiat apud Deum Patrem omnipotentem.
Pelayan, atau orang-orang di sekitarnya menjawab:
(Jika sendirian, dia menjawab dengan
Meis).
Suscipiat Dominus sacrificium de manibus tuis (atau meis) ad laudem et gloriam nominis sui, ad utilitatem quoque nostram, totiusque Ecclesiae suae sanctae.
Selebran membalas dengan suara lirih:
Amen.
Dan dengan tangan terentang di depan dada, seperti pada Oratio, ia berdiri di tengah Altar, menghadap Missal, ia mendoakan Secret Oratio, dengan awalan Oremus atau lainnya.
Saat ia mengucapkan Per Dominum, katupkan tangannya.
Ketika berkata
Jesum Christum, ia menundukkan kepalanya, yang ia lakukan dalam Oratio pertama, dan pada yang terakhir, jika ada lebih dari 1 Oratio.
8. Ketika sudah tiba pada akhir Secreta, sampai pada kata-kata Per omnia saecula saeculorum, Imam, berdiri di tengah-tengah Altar, dengan tangan di terentang, mengucapkan Prefatio dengan suara lantang.
Ketika kata
Sursum corda, ia mengangkat kedua tangannya hingga dada.
Ketika mengucapkan
Gratias agamus Domino, ia katupkan tangannya;
dan ketika ia mengatakan
Deo nostro, ia mengangkat pandangannya lalu menundukkan kepalanya ke arah Salib.
Ketika tanggapan Dignum est et justum sudah selesai, dengan tangan ditinggikan dan terentang, ia melanjutkan Prefatio:
V. Per omnia saecula saeculorum.
R. Amen.
V. Dominus vobiscum.
R. Et cum spiritu tuo.
V. Sursum corda.
R. Habemus ad Dominum.
V. Gratias agamus Domino Deo nostro.
R. Dignum et justum est.
Ketika ia mengatakan Sanctus, tangannya terkatup di depan dadanya, ia melanjutkan dengan tubuh condong ke depan dan suara biasa, sementara pelayan membunyikan bel.
Ketika ia berkata
Benedictus qui venit di nomine Domini, dst, ia berdiri tegak, dan membuat tanda salib dari dahi ke dada
Sanctus, Sanctus, Sanctus Dominus Deus Sabaoth.
Pleni sunt caeli, et terra gloria tua.
+ Hosanna in excelsis.
Benedictus qui venit in nomine Domini.
Hosanna in excelsis.
9. Pada Misa Meriah (solemn), setelah Oremus diucapkan, Diakon dan Sub-Diakon naik Altar di sisi Epistola, dan Diakon mengambil Piala, bila ada di Altar; atau bila Piala berada di Credensa, yang menyerahkan padanya adalah Sub-Diakon.
Sub Diakon memegang Piala yang di atasnya ada Patena dan Hosti, dengan tangan kiri, dan tangan kanan pada Kerudung Piala (Chalice Veil) kecuali bila sebelumnya tadi sudah dilepas dan ditinggal di Credensa; Piala tadi dibawa kepada Diakon dengan ditutupi Humeral Veil yang dikenakannya pada leher
Dia didampingi seorang Akolit yang membawa cruet air dan anggur.
Diakon lalu membuka Kerudung, dan memberikan Patena dan Hosti kepada Selebran, dan mencium tangannya.
Sub-Diakon mengelap Piala dengan Purifikator.
Diakon, menerima cruet anggur dari Sub-Diakon, menuangnya ke dalam Piala.
Sementara itu, Sub-Diakon membawakan cruet air kepada Selebran, sambil berkata:
Benedicite, Pater reverende.
Selebran memberkati cruet air dengan tanda salib, mengucapkan doa
Deus, qui humanae, dst.
Sub-diakon lalu memberikan Piala ke Selebran, sambil memegang kaki Piala, atau
mendukung lengan kanan Selebran, mengucapkan bersama-sama dengan Selebran:
Offerimus tibi, Domine, dst
Setelah Piala diletakkan di atas Altar, Diakon menutupinya dengan Pall.
Sub-diakon, berdiri di sisi Epistola, meletakkan tangan kanannya pada Patena yang dia tutupi dengan Humeral Veil; lalu pergi ke belakang Selebran di bagian tengah Altar, melakukan genuflek, dan berdiri di sana sambil memegang Patena dengan posisi tegak hingga akhir Bapa Kami.
Pada Misa arwah, Patena tidak dipegang oleh sub-diakon.
10. Selebran setelah mengatakan Veni, sanctificator, seperti di atas, Diakon menyorongkan boat (wadah dupa) sambil mengucapkan:
Benedicite, Pater reverende.
Dan Selebran memasukkan dupa ke dalam wiruk., berkata, sebagaimana urutan Misa:
Per intercessionem beati Michaelis Archangeli, stantis sebuah dextris altaris incensi, et omnium electorum suorum, incensum Dominus istud dignetur bene + dicere, et di odorem suavitatis accipere.
Per Christum Dominum nostrum. Amin.
Lalu, menerima Wiruk dari tangan Diakon, tanpa memberi penghormatan ke arah Salib dulu, Selebran mendupai persembahan;
tiga kali ayunan Wiruk atas Piala dan Hosti bersama-sama dalam bentuk tanda salib;
dan tiga kali di sekeliling Piala dan Hosti, yaitu, dua kali dari kanan ke kiri, dan sekali
dari kiri ke kanan
(Diakon, sementara itu, sambil memegang kaki Piala dengan tangan kanan), mengucapkan kata berikut saat pendupaan:
Pendupaan pertama:
Incensum istud
Kedua:
a te benedictum
Ketiga:
ascendat ad te, Domine
Keempat:
et nos super descendat
Kelima dan keenam:
Misericordia tua.
Kemudian, setelah memberikan penghormatan, ia mendupai Salib dan Altar, seperti yang dijelaskan di bawah ini, dibantu oleh Diakon, sambil mengucap:
Dirigatur, Domine, oratio mea sicut incensum in conspectu tuo: elevatio manuum mearum sacrificium vespertinum.
Pone, Domine, custodiam ori meo, et ostium circumstantiae labiis meis: ut non declinet cor meum in verba malitiae, ad excusandas excusationes in peccatis.
Dan ketika ia mendupai Salib, Diakon menggeser Piala ke sisi Epistola; dan setelah Salib selesai didupai, ia kembalikan seperti semula.
Ketika Selebran memberikan Wiruk kepada Diakon, ia berkata:
Accendat in nobis Dominus ignem sui amoris, et flammam aeterne caritatis. Amen.
Lalu ia didupai oleh Diakon, dan Diakon mendupai paduan suara, dan setelah itu, Sub-diakon yang sedang memegang Patena.
Kemudian Diakon sendiri didupai oleh pembawa Wiruk, kemudian pembawa Wiruk mendupai para Akolit dan umat.
Selebran, setelah didupai, mencuci tangan, dibantu Akolit yang menyorongkan cruet air dengan mangkuk dan handuk Lavabo.
Pada Sung Mass, jika pendupaan selesai dilakukan, Selebran melakukannya sendiri seperti pada Misa Meriah (solemn mass) dan pada akhirnya didupai oleh pelayan, yang kemudian mendupai para klerus dan umat.
11. Ketika Prefasi diucapkan, Diakon dan Sub-diakon berdiri di belakang Selebran, dan sesaat sebelum Sanctus diucapkan, mereka naik ke Altar, yang kemudian bersama dengan Selebran mereka mengucap Sanctus, hingga selesai.
Kemudian Diakon pergi ke sebelah kiri Selebran, membantu sementara ia mengucapkan Kanon, kecuali bila ada Imam lain melakukannya, maka Diakon berdiri di sisi kanan, agak di belakang Selebran.
Lalu, Sub-diakon, berdiri di belakang posisi Selebran saat ini.